REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pemakaian masker bedah (surgical mask) membantu mengurangi penyebaran virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Standford Medicine dan Yale University menjadi studi berskala besar dengan jumlah peserta sebanyak 350.000 orang dari 600 desa di Bangladesh.
Warga desa diberikan sejumlah intervensi pencegahan Covid-19 dengan menggunakan masker. Dari sana, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di desa-desa dengan intervensi semacam itu sekitar 11 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terkena Covid-19 dibandingkan yang tidak pakai masker. Efektivitas masker meningkat menjadi hampir 35 persen untuk orang-orang di atas 60 tahun.
"Studi kami adalah uji coba terkontrol acak pertama yang mempelajari apakah masker mencegah penularan Covid-19 di tingkat komunitas," ujar Ashley Styczynski, salah satu penulis utama dan peraih fellowship bidang penyakit menular di Stanford Medicine, dilansir Fox News, Jumat (3/9).
Styczynski mengatakan bahwa meski kurang dari 50 persen orang di dalam penelitian mengenakan masker saat berada di area publik, pengurangan risiko Covid-19 yang signifikan masih terjadi di komunitas. Secara khusus adalah pada orang tua yang lebih rentan.
Studi tersebut juga melihat efek penggunaan masker kain dibandingkan masker bedah. Menurut penelitian, masker kain mengurangi potensi keseluruhan gejala penyakit pernapasan, tetapi tidak seefektif masker bedah.
"Kami melihat peluang untuk lebih memahami efek masker, yang bisa menjadi cara yang sangat penting bagi orang-orang di daerah dengan sumber daya rendah untuk melindungi diri mereka sendiri saat masih menunggu vaksin," ujar Laura Kwong, asisten profesor di University of California-Berkeley.