Jumat 03 Sep 2021 17:52 WIB

Varian Mu Belum Terdeteksi, Mayarakat Jangan Abai Prokes

Varian Mu diprediksi dapat lolos masuk Indonesia pada akhir tahun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi Protokol Kesehatan. Meski varian baru virus corona, varian Mu, belum terdeteksi di Indonesia, masyarakat diminta tidak abai menerapkan protokol kesehatan.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ilustrasi Protokol Kesehatan. Meski varian baru virus corona, varian Mu, belum terdeteksi di Indonesia, masyarakat diminta tidak abai menerapkan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio W Kusumo mengungkapkan, hingga saat ini varian virus corona baru yang dikenal sebagai Mu belum masuk ke Indoneia. Varian ini pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari lalu.

"Saat ini Mu belum terdeteksi, " kata Amin kepada Republika, Jumat (3/9).

Baca Juga

Oleh karena itu, untuk menekan peluang adanya varian yang disebut B1621 yang harus dilakukan ialah menekan replikasi atau infeksi virus dengan menghambat laju penularan. Caranya, menerapkan disiplin protokol kesehatan bagi masyarakat dengan ketat. Sehingga tidak ada ruang bagi virus untuk mereplikasi dirinya.

Amin juga mengingatkan masyarakat jangan pernah lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, utamanya 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Masyarakat diminta untuk selalu berhati-hati dan waspada dimanapun berada. Karena kemunculan kasus positif bukan sekadar angka.

"Cara pencegahannya sama: 5M dan 3T, " tegasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, potensi munculnya varian baru diprediksi akan terjadi jelang akhir tahun ini, termasuk varian Mu.

"Walaupun jumlahnya masih satu persen total varian yang mendominasi," kata Dicky.

Namun, kemampuan yang menunjukkan varian Mu bisa lebih tahan terhadap vaksin, seperti halnya varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan. Varian tersebut setidaknya sama resistennya dengan varian Beta terhadap kekebalan yang timbul dari vaksinasi.

"Mu ini hampir mirip varian Delta, kemampuan penyebarannya. Dugaan lainnya, Mu lebih buruk," ujarnya.

Adapun untuk mengantisapsi penyebarannya, masyarakat tidak boleh abai dengan protokol kesehatan. Karena, pengabaian dari para pemangku kebijakan serta masyarakat di berbagai sektorlah yang berkontribusi perburukan pandemi.

"Akibatnya pandemi bisa lebih lama dan bisa melahirkan gelombang lebih besar. Gelombang tiga ancaman nyata yang besar pada akhir tahun," ungkap dia.

Ia pun mengingatkan konsep pengendalian pandemi Covid-19 menjadi endemi, yaitu 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun di air yang mengalir dan Menjaga Jarak) dan 3 T (Testing, Tracing dan Treatment). Selain itu, cakupan vaksinasi dalam upaya membentuk kekebalan kelompok harus terus diperkuat.

Melalui buletin mingguannya, WHO mengatakan varian Mu ditemukan di 39 negara. Namun secara global, jumlahnya menurun dengan prevalensi kurang dari 0,1 persen kasus. Akan tetapi tercatat bahwa varian itu menyumbang 39 persen kasus di Kolombia dan 13 persen kasus di Ekuador serta memperlihatkan peningkatan yang stabil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement