Kamis 02 Sep 2021 16:47 WIB

Konversi Jejak Karbon Bisa Jadi Solusi Ekonomi dan Iklim

Masyarakat dapat berkontribusi terhadap ekonomi dengan menghitung jejak karbon.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Emisi karbon
Foto: concurringopinions.com
Emisi karbon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim berdampak besar bagi keberlangsungan hidup generasi mendatang, dari lingkungan hingga ekonomi. Dalam hal ekonomi, masyarakat sebenarnya dapat berkontribusi terhadap ekonomi negara dengan menghitung jejak karbon mereka.

Dari total wilayah Indonesia yang mencapai 187 juta km2, 65 persen merupakan area hutan yang berpotensi menyumbang 75-80 persen kredit karbon dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpeluang  memimpin ekonomi hijau berkelanjutan. 

 

CEO Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX), Lamon Rutten, menjelaskan, masalah ekonomi sering dikaitkan dengan tugas pemerintah, sementara persoalan emisi karbon menjadi tanggung jawab swasta. 

 

Padahal dampak dari perubahan iklim adalah tugas dan tanggung jawab semua pihak. Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan upaya bersama untuk menanggulanginya. 

 

"Di tengah disrupsi teknologi saat ini, semua pihak termasuk masyarakat dapat berkontribusi dalam mengimbangi dampak karbon yang dihasilkan (offset) sekaligus meningkatkan ekonomi negara," kata Lamon Rutten dalam siaran pers, Kamis (2/9).

 

Menurut Lamon, masyarakat dapat menghitung jumlah jejak karbon yang mereka hasilkan sehari-hari. Misalnya dari penggunaan kendaraan atau elektronik. Kemudian masyarakat dapat melakukan offset yang akan dikonversikan menjadi pohon serta kredit karbon. 

 

"Ini dapat menjadi alat bantu bagi masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim. Pasar ini disebut dengan voluntary  market, atau  pasar sukarela," tambah Lamon. 

 

Saat ini, pasar karbon terbesar ada di Eropa, dan harga di voluntary market diharapkan meningkat menjadi setidaknya 20 dolar AS pada tahun 2030, dan 50 dolar AS pada tahun 2050. 

 

Jika Indonesia ingin melakukan hal yang sama, lanjut dia, maka dibutuhkan marketplace yang memungkinkan individu untuk dapat menawarkan berbagai layanan yang dibutuhkan oleh produsen carbon offset dan pembeli, seperti fungsi penyimpanan yang efisien serta kontrak berjangka. 

 

"Melalui pasar karbon yang terorganisir, Indonesia dapat mewujudkan komitmen hijaunya sekaligus mendorong  pertumbuhan ekonomi negara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement