REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riwayat infeksi SARS-CoV-2 tidak serta-merta menjamin penyintas Covid-19 akan memiliki kadar antibodi yang tinggi. Studi menunjukkan bahwa orang yang pernah kena Covid-19 tetap memiliki risiko untuk mengalami reinfeksi.
"Banyak orang, dan banyak dokter, beranggapan bahwa riwayat paparan SARS-CoV-2 akan memberi imunitas terhadap reinfeksi," jelas profesor antropologi dari Weinberg College of Art Science Thomas McDade, seperti dilansir Times Now News, Selasa (31/8).
Berdasarkan keyakinan ini, banyak orang yang pernah terkena Covid-19 merasa tak perlu lagi divaksinasi. Sebagian penyintas juga berpikir mereka hanya memerlukan satu dosis vaksin saja untuk "melengkapi" imunitas yang sudah mereka dapatkan dari infeksi alami.
Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan hal yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh McDade dan tim menunjukkan bahwa riwayat paparan SARS-Cov-2 tidak menjamin akan terbentuknya antibodi dengan kadar yang tinggi. Riwayat SARS-CoV-2 juga tak menjamin akan memperkuat respons antibodi setelah pemberian dosis pertama vaksin Covid-19.
"Orang-orang yang mengalami infeksi bergejala ringan atau tanpa gejala, respons antibodi mereka terhadap vaksin pada dasarnya sama seperti orang-orang yang belum pernah terpapar (SARS-CoV-2)," ujar McDade.
Baca juga : Kemenkominfo Investigasi Kebocoran Data Pribadi pada eHAC