REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian lain dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) telah diidentifikasi di Afrika Selatan. Saat ini, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ada kemungkinan bahwa varian ini lebih buruk dibandingkan Delta, yang pertama kali ditemukan di India dan dikenal sangat menular.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan memperingatkan varian lain yang ditemukan telah bermutasi secara substansial. Ini juga memiliki lebih banyak mutasi dari virus asli yang terdeteksi di Wuhan, China dibandingkan varian lain yang terdeteksi sebelumnya.
Varian lain yang ditemukan di Afrika Selatan disebut sebagai C.1.2 telah terdeteksi di sejumlah negara lain seperti Inggris, China, Kongo, Mauritius, Portugal, dan Swiss. Selandia Baru juga mengkonfirmasi kasus dari varian ini ditemukan di Auckland pada akhir Juni lalu.
Beberapa aspek dari varian C.1.2 mengkhawatirkan, seperti tingkat penyakit yang ditimbulkannya dan kekebalan terhadap vaksin. Varian baru dapat menimbulkan tantangan bagi vaksin generasi pertama.
Ahli epidemiologi Eric Feigl-Ding mengatakan penelitian menunjukkan varian C.1.2 telah bermutasi secara substansial dan lebih banyak mutasi dari virus asli daripada varian lain yang terdeteksi sejauh ini di seluruh dunia.
Varian C.1.2 telah bermutasi begitu cepat, sehingga menjadi varian bermutasi terjauh yang ditemukan. Ini bisa menjadi lebih buruk dengan tingkat mutasi 1,7 kali hingga 1,8 kali lebih cepat daripada rata-rata semua varian lainnya. Sementara studi baru belum ditinjau oleh rekan sejawat, para ahli mengatakan penemuan itu menggarisbawahi risiko mengabaikan dasar-dasar pengendalian infeksi.