REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Penelitian baru telah menemukan dua jenis berlian langka yang berbeda memiliki cerita asal sama, yakni daur ulang organisme yang pernah hidup lebih dari 400 Km di bawah permukaan laut. Ada tiga jenis utama berlian alami.
Yang pertama adalah berlian litosfer, yang terbentuk di lapisan litosfer sekitar 150 hingga 250 kilometer di bawah permukaan bumi. Ini adalah yang paling umum, dan mungkin jenis berlian yang ditemukan di cincin pertunangan.
Lalu ada dua jenis yang lebih langka, yakni oceanic diamond dan super-deep continental diamond. Oceanic diamond ditemukan di batuan samudra. Sedangkan super-deep continental diamond adalah yang terbentuk antara 300 dan 1.000 Km di bawah permukaan bumi.
Sebagai gambaran, Science Alert mengategorikan ruang angkasa sebagai 100 km di atas Bumi dan manusia tidak pernah berhasil menggali lebih dalam dari 12,2 km ke dalam tanah. Jadi super-deep continental diamond terbentuk super jauh di dalam mantel bumi.
Dilansir dari Science Alert, Selasa (24/8), oceanic diamond dan super-deep continental diamond tampak sangat berbeda. Karena variasi khas isotop karbon yang disebut δ13C (delta karbon tiga belas) dapat digunakan untuk menentukan apakah karbon tersebut berasal dari organik atau anorganik, para peneliti sebelumnya menyarankan oceanic diamond awalnya terbentuk dari karbon organik yang pernah ada di dalam makhluk hidup.
Super-deep continental diamond, di sisi lain, memiliki jumlah δ13C yang sangat bervariasi. Sulit mengatakan apakah mereka terbuat dari karbon organik atau tidak.
Namun, dalam makalah baru ini, yang dipimpin oleh geologi Curtin University Luc Doucet, tim menemukan inti super-deep continental diamond memiliki komposisi yang serupa. Anehnya, ini berarti, seperti oceanic diamond, berlian ini juga mengandung sisa-sisa makhluk yang pernah hidup.
“Penelitian ini menemukan mesin bumi sebenarnya mengubah karbon organik menjadi berlian ratusan kilometer di bawah permukaan. Batuan yang menggelembung dari mantel Bumi yang lebih dalam, yang disebut mantle plumes, kemudian membawa berlian kembali ke permukaan bumi melalui letusan gunung berapi untuk dinikmati manusia sebagai batu permata yang dicari,” kata Doucet.
Kembali ke litosfer, beberapa berlian dalam ini menjadi inti yang terbungkus kerak berlian anorganik, yang isotopnya cocok dengan berlian dari litosfer. Ini menjelaskan mengapa komposisi δ13C mereka sangat bervariasi.
Tetapi penelitian baru ini bukanlah akhir dari cerita. Para ilmuwan tidak yakin mengapa berlian dalam dan langka yang ditemukan lebih dalam dari litosfer ini menggunakan karbon organik daur ulang ini.
“Ini mungkin ada hubungannya dengan lingkungan fisik-kimia di sana. Tidak jarang penemuan ilmiah baru menimbulkan lebih banyak pertanyaan yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut,” ujar ahli geologi Curtin University Zheng-Xiang Li.