REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini, virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) varian delta masih terpantau sebagai wujud mutasi Covid-19 yang paling menular. Menurut para pakar, varian delta lebih mudah menyebar daripada varian lain yang sudah terdata.
Varian delta pertama kali terdeteksi di India, kemudian dengan cepat menjadi dominan di sejumlah negara. Virus terus bermutasi dan dikhawatirkan penyebarannya semakin tidak terkendali atau memicu mutasi lain.
Laporan dari Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa pasien yang sudah menerima vaksin Covid-19 lantas terinfeksi varian delta masih bisa menularkannya kepada orang lain. Hal itu diketahui dari viral load.
Istilah viral load merujuk pada banyaknya virus di dalam darah seseorang. Diketahui bahwa tingkat viral load pasien yang sudah vaksin lalu terinfeksi varian delta sama dengan pasien terinfeksi yang belum divaksinasi.
Hasil studi pracetak yang belum ditinjau oleh rekan sejawat itu telah diterbitkan di medRxiv. Tingkat viral load pasien diketahui dari hasil tes usap hidung polymerase chain reaction (PCR) yang dipelajari oleh peneliti.
Temuan baru ini menekankan pentingnya tindakan perlindungan ekstra. Semua orang tetap diminta disiplin mengenakan masker, utamanya saat berada di dalam ruangan bersama orang lain, bahkan di antara orang yang sudah divaksinasi.
Studi dipimpin oleh Kasen K Riemersma dari University of Wisconsin, AS. Peneliti membandingkan nilai CT atau ambang batas siklus dari hasil tes PCR 719 pasien selama periode 29 Juni hingga 31 Juli 2021.
Dari 719 sampel yang ada, 311 orang telah divaksinasi dan dites positif SAR-CoV-2. Kebanyakan dari mereka memiliki nilai CT kurang dari 25, yang menunjukkan adanya virus dalam sistem.