Ahad 15 Aug 2021 09:58 WIB

Bendungan Bisa Panaskan Suhu Kota di Pakistan, Kok Bisa?

Rata-rata musim panas Pakistan meningkat 5 derajat Celcius sejak bendungan diresmikan

Bendungan (ilustrasi)
Foto: ipenz.org.nz
Bendungan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saban musim panas, keluarga Khawaja Maqbool Hadieri terbiasa melepas penat di balkon rumah. Mereka menghabiskan waktu ditemani hembusan hawa sejuk dari Sungai Neelum yang mengalir tak jauh di dasar lembah Muzaffarabad, Azad Kashmir, Pakistan.

Tapi belakangan mereka berkeringat deras waktu duduk di sana, walaupun ditemani kipas listrik. Hadieri yang berusia 70 tahun mengatakan aliran air di Neelum tidak lagi sederas dulu. Dia menduga penyebabnya adalah pembangkit listrik yang mengalihkan air sungai untuk menggerakkan turbin.

Baca Juga

Pakistan banyak menggantungkan pertumbuhan dari sungai-sungainya, terutama untuk kebutuhan air dan produksi listrik. Di kota Muaffarabad, PLTA berkapasitas satu gigawatt itu mendulang protes penduduk sejak beroperasi 2018 silam.

Pengalihan air sungai dikeluhkan tidak hanya membuat suhu rata-rata di kota melonjak dan pasokan air menyusut, tetapi juga memperparah dampak pencemaran limbah cair yang kini dikabarkan mulai menggenang di sejumlah titik.

Namun meski mengakui dampak lingkungan, pemerintah Pakistan bersikeras mengalihkan air dari sungai kedua di Muzaffarabad, Jhelum, untuk proyek hidroelektrik lain. 

Menyusutnya sungai Himalaya

Sungai Neelum dan Jhelum dialiri lelehan gletser di Pegunungan Karakoum. Selama ini aliran air sekaligus berfungsi untuk mendinginkan kota-kota di pesisirnya. Namun pengalihan air memangkas kapasitas sungai menyerap panas menjadi separuhnya, kata Shafiq Abbasi, Wakil Direktur Badan Perlindungan Lingkungan di Azad Kashmir.

Suhu rata-rata musim panas tercatat meningkat hingga lima derajat Celcius sejak bendungan diresmikan. 

Pakistan sepenuhnya bergantung dari ketersediaan air di basin Sungai Indus, yang juga meliputi lima sungai lain, Neelum/Jhelum, Ravi, Chenab, Beas dan Sutlej. 

Saat ini hampir sepertiga penduduk tercatat bekerja di sektor pertanian. Komoditas utama adalah beras, gandum, kapas dan buah-buahan yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Sebab itu pula sebagian besar kebutuhan air Pakistan digunakan untuk sistem irigasi.

Meski begitu, Pakistan masih bertengger di urutan ke88 dalam daftar negara dengan tingkat kerawanan pangan paling tinggi di dunia, dan tergolong rentan dilanda kelangkaan air.

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement