Hasil studi menunjukkan bahwa seluruh antibodi IgG, kecuali antibodi IgM dan IgM yang melawan nucleocapsid tampak stabil. Peneliti bahkan mendapati adanya peningkatan antibodi IgG antiduri protein SARS-CoV-2 pada 75 persen partisipan.
"(Peningkatan) ini dimulai dari bulan kelima dan seterusnya, tanpa ada bukti adanya paparan ulang terhadap virus," ungkap peneliti senior Gemma Moncunill.
Peneliti juga menemukan bahwa keberadaan antibodi terhadap HCoV dapat memberikan perlindungan silang dalam melawan infeksi atau penyakit Covid-19. Orang-orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 cenderung memiliki kadar antibodi HCoV lebih rendah.
Baca juga : Kasus Suntik Vaksin Covid Kosong, Polisi Periksa Vaksinator
Di sisi lain, individu yang mengalami Covid-19 tak bergejala tampak memiliki kadar IgG dan IgA anti-HCoV yang lebih tinggi dibandingkan individu yang mengalami gejala. Akan tetapi, perlindungan silang dari kekebalan tubuh terhadap pilek ini masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
"(Terlepas dari itu, temuan) ini dapat membantu menjelaskan perbedaan besar dalam kerentanan terhadap penyakit (Covid-19) di tengah masyarakat," ujar Dobano.