Selasa 10 Aug 2021 07:17 WIB

Studi: Antibodi Penyintas Covid-19 Tetap Stabil 7 Bulan

Penyintas Covid-19 tampak punya antibodi yang bertahan cukup lama.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19. Berdasarkan studi terbaru, antibodi Covid-19 tampak tetap stabil tujuh bulan sejak orang terinfeksi SARS-CoV-2.i
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Berdasarkan studi terbaru, antibodi Covid-19 tampak tetap stabil tujuh bulan sejak orang terinfeksi SARS-CoV-2.i

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antibodi yang diperoleh penyintas Covid-19 dari infeksi SARS-CoV-2 tampak bisa bertahan cukup lama. Berdasarkan studi terbaru, antibodi yang melawan duri protein SARS-CoV-2 ini tampak stabil dan bahkan meningkat pada bulan ketujuh setelah terjadi infeksi.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi pada jurnal Nature Communication beberapa waktu lalu. Studi yang dilakukan oleh Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) ini bertujuan untuk mengevaluasi kadar antibodi yang melawan antigen-antigen SARS-CoV-2 yang berbeda seiring berjalannya waktu.

Baca Juga

Studi ini melibatkan 578 partisipan yang berasal dari kalangan tenaga kesehatan. Para tenaga kesehatan yang menjadi partisipan dalam studi ini sebagian besarnya mengalami infeksi SARS-CoV-2 pada gelombang pertama pandemi Covid-19.

Selama studi berlangsung, tim peneliti mengalambil sampel darah dari para partisipan sebanyak empat kali pada periode Maret-Oktober 2020. Peneliti lalu menggunakan teknologi Luminex untuk mengukur kadar dan jenis antibodi IgA, IgM, atau IgG terhadap enam antigen SARS-CoV-2 yang berbeda.

Di samping itu, tim peneliti juga menganalisis keberadaan antibodi yang melawan empat jenis virus corona penyebab pilek pada manusia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya peran antibodi virus corona penyebab pilek (HCoV) dalam melawan infeksi SARS-CoV-2.

Baca juga : Memukul Anak Justru Bikin Perilakunya Makin Buruk

"Ini studi pertama yang mengevaluasi antibodi terhadap panel besar antibodi SARS-CoV-2 selama tujuh bulan," jelas ketua tim peneliti dari ISGlobal Carlota Dobano, seperti dilansir Times Now News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement