Rabu 04 Aug 2021 07:49 WIB

Studi Ungkap Kemungkinan Tempat Keberadaan Air di Bulan

Studi menunjukkan air mungkin bersembunyi di permukaan Bulan yang kasar.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Bulan
Foto: en.wikipedia.org
Bulan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Sebuah studi baru oleh para ilmuwan Badan Antariksa Amerika (NASA) menunjukkan bahwa ‘kekasaran’ permukaan Bulan dan bayangan yang menyertainya, bisa menjadi tempat persembunyian es air. Meskipun terlihat sangat kering, Bulan tampaknya memiliki air di seluruh permukaannya.

Pesawat ruang angkasa NASA melihat (atau menabrak) benda-benda es. Tetapi para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami bagaimana hal itu bisa terjadi.

Baca Juga

Lantaran tidak ada atmosfer untuk mengatur suhu pada siang hari, permukaan Bulan menjadi cukup panas untuk merebus air. Sementara di malam hari suhu Bulan sangat dingin.

Jika ada air yang ditangkap, air dapat berubah menjadi es dalam semalam (ketika suhu bisa turun hingga sekitar -150 derajat Celcius), kemudian semuanya akan mendidih setelah Matahari menghangatkannya.

Namun, entah bagaimana, penelitian telah menunjukkan bahwa ada air di permukaan di waktu siang hari Bulan dan  tampaknya berada di suhu yang sangat panas.

“Lebih dari satu dekade yang lalu, pesawat ruang angkasa mendeteksi kemungkinan keberadaan air di permukaan waktu siang hari Bulan, dan ini dikonfirmasi oleh Observatorium Stratospheric NASA untuk Observatory for Infrared Astronomy [SOFIA] pada tahun 2020,” kata astrofisikawan Jet Propulsion Laboratory (JPL) Bjorn Davidsson, dilansir dari Science Alert, Selasa (3/8).

“Pengamatan ini, pada awalnya, berlawanan dengan intuisi: Air seharusnya tidak bertahan di lingkungan yang keras itu. Ini menantang pemahaman kita tentang permukaan Bulan dan menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana volatil seperti es air, dapat bertahan hidup di benda tanpa udara,” ujar Davidsson lagi.

Sebuah penelitian pada 2009 menemukan jumlah perubahan air tergantung pada waktu dalam sehari. Ada lebih sedikit air sebelum tengah hari di bagian terpanas hari itu, tetapi meningkat lagi di sore hari ketika sedikit dingin. Ini menunjukkan setidaknya sebagian air bebas bergerak di siang hari dan kemudian dibekukan lagi di kemudian hari.

Dalam penelitian baru, Davidsson dan peneliti JPL lainnya-Sona Hosseini- memperbarui model mereka untuk membuat permukaan Bulan jauh lebih kasar. Faktanya, mereka menggunakan gambar dari misi Apollo yang menunjukkan batu besar dan kawah agar benar-benar cocok dengan permukaan.

Mereka menemukan kekasaran menciptakan bayangan yang memungkinkan model Bulan menahan airnya dan memungkinkan air bergerak saat hari memanas dan mendingin lagi.

“Es jauh lebih bergerak daripada air yang terperangkap,” kata Davidsson. “Oleh karena itu, model ini menyediakan mekanisme baru yang menjelaskan bagaimana air bergerak di antara permukaan Bulan dan atmosfer Bulan yang tipis,” ujarnya lagi.

Penting untuk dicatat bahwa ini bukan studi pertama yang melihat kekasaran permukaan dalam kaitannya dengan air Bulan. Sebuah makalah sebelumnya juga menyarankan bahwa air bisa saja tertahan di ‘perangkap dingin’ kecil di permukaan.

Namun, studi baru juga melihat desorpsi, memberikan model gambaran yang lebih akurat dari Bulan.

“Model suhu permukaan Bulan yang dijelaskan dalam makalah ini memiliki implikasi signifikan untuk memahami keberadaan dan evolusi air di permukaan Bulan,” tulis Davidsson dan Hosseini dalam makalah baru mereka.

“Sangat penting untuk memperhitungkan kekasaran permukaan untuk mendapatkan gambaran akurat tentang jumlah air di permukaan Bulan,” katanya.

 

photo
Bulan memiliki air lebih banyak dari yang diperkirakan ilmuwan. - (republika)

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement