Rabu 30 Jun 2021 16:11 WIB

Hal-Hal yang Perlu Diketahui Soal Gelombang Panas

Gelombang panas melanda negara sepanjang Pasifik seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang warga menggunakan payung untuk melindungi diri dari gelombang panas. ilustrasi
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Seorang warga menggunakan payung untuk melindungi diri dari gelombang panas. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena gelombang panas melanda negara di sepanjang Pasifik seperti Amerika Serikat dan Kanada. Akibatnya suhu di kawasan itu melonjak ke titik yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Dari perspektif sejarah, peristiwa ini sangat langka dan ekstrem sehingga menjadi gelombang panas sekali dalam satu milenium. xalah satu konsekuensi dari iklim bumi yang berubah dengan cepat adalah peristiwa ekstrem seperti itu akan menjadi jauh lebih umum di wilayah ini di masa depan.

Baca Juga

Hal itu disampaikan oleh ilmuwan iklim di Oregon State University di Corvallis, Larry O'Neill. Ia memaparkan tiga hal terkait gelombang panas ini.

Gelombang panas terkait dengan kekusutan yang terhenti di aliran jet

O'Neill menjelaskan aliran jet ialah arus udara yang bergerak cepat dan tinggi di troposfer, mengelilingi kedua kutub serta membantu mendorong sistem cuaca di sekitar permukaan bumi. Arusnya tidak lancar dan lurus.

Jet dapat berkelok-kelok dan membentuk pusaran besar, puncak dan palung di sekitar zona bertekanan tinggi dan rendah. Kadang-kadang, pola cuaca ini terhenti, menjadi "peristiwa pemblokiran" stasioner yang menjaga serentetan cuaca tertentu untuk jangka waktu yang lama. 

"Salah satu zona bertekanan tinggi yang macet seperti itu pada dasarnya adalah kubah besar cuaca panas dan kering, sekarang berada di atas Pasifik," kata O'Neill dilansir dari Sciencenews pada Rabu (30/6).

Perubahan iklim membuat gelombang panas semakin parah

O'Neill menyampaikan suhu awal sudah lebih tinggi daripada di masa lalu, karena iklim bumi yang berubah. Secara global, suhu rata-rata bumi meningkat, dimana 2016 dan 2020 diprediksi tahun-tahun terpanas dalam catatan. 

"Perubahan tersebut tercermin dalam apa yang sekarang secara resmi dianggap normal," ujar  O'Neill.

Pada bulan Mei, misalnya, Administrasi Oseanografi dan Atmosfer Nasional AS melaporkan suhu referensi dasar baru negara itu, atau "iklim normal," akan menjadi periode dari 1991 hingga 2020. Sekarang merupakan periode 30 tahun terpanas yang pernah tercatat di negara tersebut. 

O'Neill menyampaikan referensi yang berubah itu membuat sulit untuk menempatkan gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam konteks sejarah apa pun.

"Kami memiliki catatan data historis sepanjang 100 tahun," sebut O'Neill. 

Perubahan iklim kemungkinan akan membuat kejadian ekstrem seperti itu lebih sering terjadi di masa depan

O'Neill menerangkan seminggu sebelum terjadinya gelombang panas, para peramal cuaca memperkirakan suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk wilayah tersebut. Sehingga banyak orang menolak prediksi itu sebagai "konyol,".

"Ternyata, benar," sebut O'Neill.

O'Neill menilai studi atribusi perubahan iklim di masa depan dapat menjelaskan lebih banyak cara di mana gelombang panas khusus ini dapat dikaitkan dengan perubahan iklim. 

"Kami melihat bentuk tertinggi ini lebih sering," ucap O'Neill.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement