REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi digital Indonesia berkembang melesat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan di tengah pandemi Covid-19, ekonomi digital mengalami akselerasi.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2020, kerja sama Google dengan Temasek dan Bain & Co, ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh 11 persen dan bernilai sekitar US$ 44 miliar. Laju ekonomi digital ini ditopang dengan pemanfaatan dan pengelolaan data yang baik sebagai basis inovasi produk dan layanan untuk konsumen.
Gojek sebagai perusahaan teknologi asal Indonesia menilai data adalah sesuatu yang penting, terutama data pribadi.
"Terutama untuk data pribadi. Dan pengelolaan pengolahan data dan data pribadi dipisahkan dan dibedakan. Untuk data pribadi terutama yang sifatnya terkait dengan individu dan memberikan rasa aman kepada individu, kami sangat memberikan atensi terhadap hal tersebut," kata VP Public Policy and Government Relations, Gojek, Ardhanti Nurwidya dalam Bicara Data Virtual Series bertema "Rahasia data di Industri Digital", Kamis (24/6).
Ia mengatakan, Gojek saat ini memiliki tim data protection officer. Tim ini dibentuk khusus membantu perusahaan dan manajemen untuk mengelola data pribadi. Hasil kerja tim data protection officer nantinya akan menjadi kebijakan internal yang mengatur data mana yang dapat dibagikan kepada pihak ketiga dan apakah pembagian data tersebut beralasan serta memiliki dasar hukum.
Mengenai tata kelola, menurut Ardhanti juga sangat penting di mana penetrasi digital atau transformasi digital yang bergerak cepat di masa pandemi Covid-19.
"Soal tata kelola, masih banyak PR. Di Gojek sendiri kami selama dua tahun terakhir berusaha memperbaiki dan meningkatkan kaemanan dari pengguna," ujarnya.
Ardhanti mencontohkan, pada 2019 Gojek sudah mengeluarkan penyamaran angka (number masking). Dengan number masking, antara pengguna dengan mitra driver tidak pernah menukar nomor telepon genggam.
"Ini bentuk tata kelola kami dari sisi teknologi. Tetapi hal itu tidak cukup jika tidak didampingi dengan edukasi. Untuk itu kami menhalankan eduaksi secara sustainable sejak 2019, 2020, dan 2021 agar terjadi peningkatan literasi digital dan supaya penggguna kami maju bersama teknologi di Gojek," paparnya.
VP Data Science Gojek, Syafri Bahar menambahkan, pemanfaataj data di Gojek terdiri dari dua hal, yaitu untuk pengambilan keputusan dan membangun sisi dari produk-produk yang inovatif untuk pelanggan, mitra driver, merchan, dan lainnya.
"Teknologi pengembangan data berkembang sangat pesat dan kontinyu. Benar-benar salah satu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana cara mencari sumber daya manusia yang mumpuni dan sangat cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut. Karena untuk memproses jumlah data yang begutu besar menjadi sesutau yang berguna itu mungkin bukan pekerjaan mudah. SDM yang mumpuni dapat mengolah data menjadi sesautu yang bernilai dan bermanfaat," kata Syafri.
Pengamat Industri Digital Tony Seno Hartono mengatakan, data dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sesuai dengan karakter industrinya.
"Data kalau diolah akan mendapat insight sehingga si organisasi atau perusahaan dapat mengantisipasi kebutuhan pelanggannya, bisa memperbaiki layanan kemudian juga bisa menemukan model-model bisnis baru dari data-data yang ada," ujar Tony.
Terkait big data, Tony menyebut, pengguna big data akan tumbuh sangat cepat. Ia mencontohkan big data yang dipergunakan Gojek sebagai dasar dari ekonomi digital.
"Seluruh dunia termasuk di Indonesia juga setiap pemangku kepentingan di ekonomi digital berlomba-lomba untuk menerapkan teknologi big data," ujar dia.