REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mendorong pertumbuhan besar dalam layanan telemedicine. Aktivitas di aplikasi seperti Halodoc, Alodokter, dan Grab Health, kini makin meningkat.
Hadirnya layanan kesehatan melalui daring, memang memberikan akses kese hatan bagi mereka yang berada dalam masa isolasi diri, atau khawatir terpapar virus Covid-19, apabila harus berobat secara langsung. Selain itu, hadirnya layanan kesehatan daring, juga membuka akses bagi mereka yang berada di lokasi terpencil. Populasi Indonesia yang besar, beragam, dan terpisah secara geografis, menjadikan Indonesia pasar yang sangat menarik untuk pela yanan telemedicine.
Meningkatnya kebutuhan dan permintaan akan layanan akses kesehatan jarak jauh ini, juga disertai dengan risiko tersendiri. Sektor ini menjadi sasaran serangan siber.
Banyaknya data pribadi, seperti rekam medik, hasil pemeriksaan, dan diagnosis pasien, membuat data pada layanan telemedicine, menjadi sangat krusial untuk dijaga. Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins menjelaskan, National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris telah mengidentifikasi bahwa makin banyak pelaku kejahatan siber di seluruh dunia yang mengeksploitasi pandemi Covid-19 untuk tujuan mereka sendiri.
Jenkins menambahkan, para pelaku kejahatan dan penjahat di dunia maya, saat ini kian gencar menargetkan individu, usaha kecil dan menengah, serta organisasi besar dengan penipuan melalui surel. "Efek dari serangan siber ini ber potensi mengancam jiwa karena mengganggu dan memberi te kan an pada orga nisasi dan individu yang bekerja keras untuk menyelamatkan kehidupan," ujar Jenkins.
Menurut dia, Inggris senang dapat bekerja sama dengan Indonesia dalam kolaborasi keamanan siber di sektor kesehatan. Khususnya, di bidang telemedicine, yang merupakan peluang besar bagi Indonesia.
"Dan ini adalah bagian penting dari kolaborasi strategis yang tertuang di kedua MOU bilateral kami dengan Indonesia tentang Keamanan Siber dan Perawatan Kesehatan," katanya.