Ahad 20 Jun 2021 16:06 WIB

Apa yang Kita Tahu Tentang Virus Corona Varian Delta?

Varian Delta lebih cenderung menyebabkan rawat inap dibanding Alpha.

Ilustrasi virus corona.
Foto:

Apakah Delta lebih berbahaya?

Masih sedikit data yang tersedia tentang apakah varian Delta menyebabkan lebih banyak kematian. Namun menurut PHE, dibandingkan dengan varian Alpha, varian Delta lebih cenderung menyebabkan rawat inap.

Baik vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca dianggap sedikit kurang efektif dalam mencegah rawat inap pada orang dengan varian Delta dibandingkan dengan mereka yang memiliki varian Alfa.

"Data dari Inggris memberi tahu kita bahwa varian ini lebih mungkin menyebabkan rawat inap, jadi tidak mengherankan jika ditemukan bahwa ini lebih mematikan," kata Gurdasani.

Informasi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi studi dan laporan yang menyebutkan varian Delta menyebabkan penyakit yang lebih parah. "Kami membutuhkan lebih banyak informasi untuk menentukan: apakah itu benar akibat varian itu atau kombinasi dari beberapa faktor," ungkap Pemimpin Teknis COVID-19 WHHO, Maria Van Kerkhove.

Apakah vaksin melindungi kita dari varian ini?

Studi PHE menemukan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech 94 persen lebih efektif mencegah rawat inap setelah suntikan dosis pertama dan 96 persen efektif setelah mendapat dosis kedua. Sementara AstraZeneca adalah 71 persen efektif pada dosis pertama dan 92 persen efektif setelah suntikan kedua.

Kemanjuran terhadap penyakit simtomatik dari varian Delta untuk Pfizer-BioNTech adalah 36 persen setelah dosis pertama dan 88 persen setelah mendapat dua dosis. Untuk AstraZeneca 30 persen setelah dosis pertama dan 67 persen setelah dosis kedua.

"Ini tidak berarti bahwa tidak ada perlindungan," kata Gurdasani. "Tapi pasti ada pengurangan perlindungan terhadap infeksi atau penyakit ringan tanpa gejala, terutama dengan satu dosis, tetapi juga dengan dua dosis."

Apakah varian Delta penyebab pandemi di India dan Inggris?

Apakah varian Delta yang sepenuhnya bertanggung jawab atas situasi di India belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Diperlukan lebih banyak pengujian. Tetapi India adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak pandemi. Lebih dari 29 juta kasus telah terdaftar sejauh ini, menurutUniversitas Johns Hopkins, dan sistem kesehatan di negara itu sangat kewalahan

Ahli Epidemiologi Klinis Gurdasani mengatakan bahwa selain penyebaran mutasi, beberapa faktor telah berperan dalam penyebaran virus corona secara besar-besaran di India.

"Saya pikir ini merupakan kombinasi dari tindakan yang sangat lamban dari pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah kesehatan mendasar dan sikap yang terlalu percaya diri bahwa 'herd immunity' telah tercapai sebelumnya," kata Gurdasani.

Di Inggris, situasinya telah memburuk secara drastis. Sebanyak 55.216 kasus dari 10-16 Juni menunjukkan peningkatan hampir sepertiga dibandingkan minggu sebelumnya.

Apa simtom dan yang perlu kita lakukan untuk melindungi diri?

Menurut data dari aplikasi Inggris ZOE COVID Symptom Study, gejala yang ditimbulkan oleh varian Delta berbeda dengan virus awal dan mutasi lainnya. Warga Inggris yang melaporkan gejala mereka ke aplikasi ZOE, menggambarkan simtom seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. Dalam beberapa kasus, ada batuk juga.

"Ini lebih seperti flu yang buruk bagi warga yang lebih muda," kata ilmuwan dan salah satu pendiri aplikasi Tim Spector.

Hal ini dapat membuat orang berpikir bahwa mereka hanya mengalami flu ringan dan terus menjalani keseharian mereka dengan normal. Orang dengan gejala ini harus tinggal di rumah dan menjalani tes.

Gurdasani menambahkan perlu aturan karantina yang komprehensif. Bepergian ke daerah yang disebut sebagai daerah infeksi harus dihindari karena telah meningkatkan penyebaran virus corona dan variannya sejak awal pandemi. 

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/apa-yang-kita-tahu-tentang-virus-corona-varian-delta/a-57964470

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement