Sabtu 19 Jun 2021 09:02 WIB

3 Hipotesis Varian Delta Bisa Sebabkan Lonjakan Kasus

Seseorang yang terinfeksi varian delta mungkin bisa menularkan lebih banyak orang.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas mempersiapkan ruang isolasi pasien Covid-19 di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (18/6). Rusun Nagrak Cilincing dipersiapkan untuk menampung pasien Covid-19 dengan kapasistas sebanyak 1.020 pasien dari satu tower, sementara Kepala Unit Pengelolaan Rumah Susun III, Vita Nurviatin mengatakan sebanyak 1-5 tower disiapkan untuk lokasi pasien Covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas mempersiapkan ruang isolasi pasien Covid-19 di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (18/6). Rusun Nagrak Cilincing dipersiapkan untuk menampung pasien Covid-19 dengan kapasistas sebanyak 1.020 pasien dari satu tower, sementara Kepala Unit Pengelolaan Rumah Susun III, Vita Nurviatin mengatakan sebanyak 1-5 tower disiapkan untuk lokasi pasien Covid-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Virolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Mohamad Saifudin Hakim mengatakan varian Covid-19 Delta dapat menginfeksi lebih tinggi dari varian lainnya. Ketika seseorang terinfeksi Varian Delta, maka kemungkinan untuk menginfeksi lebih banyak orang akan lebih tinggi dibandingkan dengan varian lain seperti Alpha dan Kappa.

Dia mengatakan varian delta dapat memicu lonjakan kasus Covid-19. "Ringkasan yang sudah dirilis WHO berdasarkan penelitian-penelitian terbaru tentang dampak Varian Delta, dari sisi transmisi ini sudah mendekati definitif bahwa Varian Delta ini meningkatkan transmisi dan juga meningkatkan secondary attack rate terhadap orang-orang yang kontak erat," kata Saifudin, Jumat (18/6), dalam talkshow secara daring bertemakan 'Varian Delta Terus Merebak : Bagaimana Kita Bersikap', Jumat (18/6).

Baca Juga

Saifudin menjelaskan, ada beberapa hipotesis terkait bagaimana Varian Delta dapat meningkatkan transmisi Covid-19. Pertama, saat seseorang yang terinfeksi Varian Delta dengan periode infeksius yang lebih panjang.

"Kalau seseorang itu bisa dua pekan sudah habis virusnya, bisa jadi ketika dia terinfeksi varian (Delta) itu menjadi lebih lama periode infeksiusnya," ujarnya.

Kedua, katanya, Varian Delta dapat menginfeksi lebih tinggi melalui percikan (droplet). Baik melalui mulut maupun melalui hidung.

"(Ketiga) Dari sisi keparahan, itu data terbatas yang berasal dari UK dan Scotland. Sehingga, WHO belum berani menyimpulkan, tapi ada kemungkinan bahwa orang-orang yang terinfeksi Varian Delta ini akan memiliki resiko lebih tinggi untuk masuk rumah sakit," jelasnya.

Saifudin pun menerangkan terkait proses mutasi virus sehingga terbentuk Varian Delta. Ketika suatu virus original (asal-usul virus) menginfeksi manusia, maka virus tersebut akan memiliki kesempatan untuk bermutasi.

Di dalam tubuh manusia, katanya, virus yang lebih tangguh akan memiliki kesempatan untuk bertahan lebih lama. Sehingga, virus ini yang nantinya mendominasi dan menyebabkan terjadinya transmisi serta berpotensi menginfeksi lebih banyak orang.

"Virus original saya gambarkan warna biru,  menginfeksi dan bermutasi yang saya gambarkan menjadi warna coklat, merah hingga hijau. Setelah ada kumpulan dengan berbagai warna ini, hanya yang fitness-nya paling tinggi punya kesempatan untuk lebih bisa bertahan hidup. Ini dunia rimbanya virus, virus yang lebih kuat akan lebih banyak survive dan bisa menggantikan yang lain. Mau tidak mau, untuk bisa menghindari (Varian Delta) ini kalau dari perspektif virolog itu, kita harus bisa menghentikan transmisi ini dari sisi satu orang ke orang lain," kata Saifudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement