Jumat 11 Jun 2021 06:45 WIB

Imbas Sanksi AS,Rusia Ancam Tinggalkan Stasiun Luar Angkasa

Misi antariksa Rusia terhambat sanksi yang diberikan oleh Amerika.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto selebaran yang disediakan oleh NASA menunjukkan pesawat luar angkasa SpaceX Crew Dragon membawa empat astronot awak komersial mendekati Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk berlabuh, 16 November 2020 (dikeluarkan 17 November 2020).
Foto: EPA-EFE/NASA HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE O
Foto selebaran yang disediakan oleh NASA menunjukkan pesawat luar angkasa SpaceX Crew Dragon membawa empat astronot awak komersial mendekati Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk berlabuh, 16 November 2020 (dikeluarkan 17 November 2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala badan ruang angkasa Rusia (Rocosmos) mengancam akan meninggalkan program Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tahun 2025, kecuali Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap sektor luar angkasa Rusia.

"Jika sanksi tetap dan tidak dicabut dalam waktu dekat, masalah penarikan Rusia dari ISS akan menjadi tanggung jawab mitra Amerika," kata Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin dalam sidang parlemen Rusia, dilansir di Space, Rabu (9/6).

Baca Juga

Rogozin mengatakan bahwa Rusia tidak dapat meluncurkan beberapa satelit karena sanksi AS. AS melarang negaranya mengimpor beberapa microchip yang diperlukan untuk program antariksa Rusia. Di sisi lain, ada juga faktor kekurangan global microchip yang terkait dengan penghentian produksi di tengah pandemi virus corona.

Rogozin mengatakan, pihaknya memiliki lebih dari cukup roket tetapi tidak ada yang bisa digunakan untuk meluncurkannya. "Kami memiliki pesawat ruang angkasa yang hampir dirakit, tetapi mereka tidak memiliki satu set microchip khusus yang tidak dapat kami beli karena sanksi," tambahnya.

Beragam sanksi

Pada tahun 2014, Rogozin mengatakan bahwa NASA harus menggunakan trampolin bukan pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia untuk membawa astronot ke ISS. Komentar itu muncul setelah AS dan negara-negara Barat lainnya menjatuhkan sanksi kepada pejabat Rusia, termasuk Rogozin sendiri, terkait aksi militer Rusia di Krimea. 

Setelah armada pesawat ulang-alik NASA di-grounded pada 2011, Soyuz adalah satu-satunya taksi astronot orbital yang tersedia. Namun, situasi itu berubah tahun lalu, ketika SpaceX mulai menerbangkan kru ke dan dari ISS.

Sanksi baru-baru ini lainnya datang setelah apa yang digambarkan oleh pejabat AS sebagai serangan siber yang dipimpin Rusia dan campur tangan pemilu. Klaim ini dibantah Rusia. 

Rogozin melakukan telepon perkenalan dengan Administrator NASA baru Bill Nelson pada hari Jumat (4/6). NASA mengatakan pada bahwa pembicaraan itu sebagai diskusi produktif tentang kerja sama lanjutan antara NASA dan Roscosmos. NASA juga mengatakan berkomitmen untuk melanjutkan kemitraan ISS.

 

Perjanjian ISS saat ini akan berakhir pada 2024. Saat ini banyak mitra sedang menegosiasikan perpanjangan hingga setidaknya 2028. Rusia mengindikasikan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak jaminan untuk bergerak maju setelah 2024. 

"Ini tentang sanksi yang diperkenalkan oleh pemerintah Amerika terhadap perusahaan-perusahaan industri luar angkasa Rusia, serta tidak adanya informasi resmi di Roscosmos dari mitra AS berencana untuk lebih mengontrol dan mengoperasikan ISS," kata Roscosmos.

Baik NASA dan Roscosmos mengatakan mereka berencana untuk melanjutkan diskusi, termasuk tatap muka. Nelson diperkirakan akan segera datang ke Rusia, dan negosiasi akan berlangsung dengan Eropa hingga akhir Juni 2021. 

Salah satu kesempatan untuk berdiskusi adalah Konferensi Eksplorasi Luar Angkasa Global, yang akan diadakan di St. Petersburg dari 14 Juni hingga 18 Juni. Pertemuan itu diselenggarakan bersama oleh Roscosmos dan Federasi Astronautika Internasional.

Amerika dan Rusia telah menjadi mitra utama dalam program ISS sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1990-an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement