Kamis 03 Jun 2021 16:37 WIB

Kominfo Bebaskan Operator Memilih Teknologi 5G yang Cocok

Pilihan memilih teknologi 5G harus didukung dengan infrastruktur yang lebih besar.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Dwi Murdaningsih
jaringan 5G. ilustrasi
Foto: BBC
jaringan 5G. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate membebaskan tiap operator seluler memanfaatkan pilihan teknologi generasi kelima atau 5G. Pemerintah kata Johnny, telah menetapkan pilihan teknologi 5G adalah netral.

"Kita tidak terikat dengan jenis-jenis tertentu teknologi, tapi diberi kesempaan untuk memilih teknologi yang netral yang cocok dengan pertimbangan bisnis dan keadaan kita," kata Johnny saat menghadiri peresmian layanan Telkomsel 5G di Kota Surakarta, yang disiarkan secara virtual, Kamis (3/6).

Baca Juga

Sebab, pemanfaatan teknologi 5G ini, kata Johnny, berdasarkan pertimbangan komersialisasi masing masing operator seluler. Karena itu, ia berharap operator seluler dapat memilih teknologi terapan 5G dengan pertimbangan kebutuhan dan kemampuan operator seluler.

"Saya berharap operator seluler memilih teknologi terapannya, teknologi baru di generasi ke lima yang tepat agar efisien baik di infrastruktur maupun operasional," kata Johnny.

Ia pun mengingatkan, pilihan memilih teknologi 5G harus didukung dengan infrastruktur yang lebih besar, mulai dari microcell, BTS, transmiter. Karena itu, ia menilai perlunya operator seluler bekerjasama dengan Pemerintah daerah dalam menyusun regulasi yang mendukung pengembangan infrastruktur 5G berjalan dengan cepat dan mudah.

"Misalnya micro cell bisa dipasang tidak saja melalui menara-menara tapi di atas gedung gedung, di tiang listrik, bahkan di lampu lalin lintas. Karena itu perlu satu regulasi agar deployment tak menjadi tumpang tindih dan masuk dlm rencana tata kota yang baik sehingga keasrian tetap terjaga tapi 4G dan 5G bisa berkembang," katanya.

Selain itu, Johnny juga mengulang kembali pernyataan Presiden Joko Widodo agar dalam pengembangan teknologi 5G tetap memperhatikan dampak dan risiko. Sebab, kecepatan yang mencapai 20-100 kali lipat dari biasanya, perlu diantisipasi mitigasi dampaknya agar penerapan 5G bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan masyarakat

"Jangan sampai di hilir ini mengganggu. Kalau pemerintah membuat regulasi mengambil bagian bersmaa operator seluler membangun ICT infrastruktur di sisi hulu up stream maka kita juga perlu memastikan di sisi hilir down stream agar pemanfaatan teknologi baru ini berguna bagi kita," katanya.

Jangan sampai kata Johnny, justru kecepatan teknologi 5,G malah menjadi tempat berkembangnya paham radikalisme maupun ideologi trans nasional.

"Jangan jadi tempat berkembangnya radikalsime atau berkembangnya trans nasional, ideologi yang menabrak ideologi bangsa kita. 5G harus jadi pondasi kuat untuk mengimplementasikan dan menghadirkan atau membumikan ideologi bangsa kita di keseharian bangsa," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement