REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON--Masyarakat di Waikato, Selandia Baru kini tengah diresahkan oleh tindakan para peretas. Karena, para hackers tengah membocorkan sejumlah data pasien di distrik tersebut.
Dilansir dari The Hill pada Selasa (1/6), data itu diperoleh oleh peretas yang melakukan pencurian data pasien yang terekam dalam Waikato District health system. Hal itu pun dikonfimasi oleh Waikato District Health Board (DHB) dan menyebut bahwa informasi itu sempat didistribusikan ke media lokal.
Media tersebut menolak untuk mempublikasikan karena menganggap informasi itu merupakan data yang sensitif.
Saat ini, kasus perertasan ini pun tengah diinvestigasi oleh Waikato DHB, National Cyber Security Centre, Government Communications Security Bureau (GCSB) serta The Privacy Commission.
Selain melakukan pencurian informasi, peretas juga sempat menyebabkan sistem infomasi kesehatan di distrik tersebut tak dapat diakses. Otomatis, hal ini mengganggu proses pelayanan kesehatan dan proses tindakan medis di sejumlah rumah sakit.
Chief Executive Waikato DHB, Kevin Snee mengatakan, hal ini pun disikapi dengan beragam strategi yang diterapkan oleh para staf untuk memulihkan keadaan tersebut. "Ini adalah situasi yang sangat serius. Saya bangga terhadap para staf yang berhasil memulihkan kondisi ini," kata Kevin.
Rumah sakit dan sistem infomasi kesehatan memang tengah jadi incaran pada peretas akhir-akhir ini. Peretasan serupa pun sempat terjadi pada rumah sakit di Amerika Serikat (AS), Inggris dan Puerto Rico.
Baru-baru ini, peretas juga menyerang Health Service Executive (HSE) di Irlandia. Bahkan, para peretas sempat melakukan negosiasi soal nominal untuk pemulihan serangan berupa ransomware attack tersebut.