REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Studi terbaru yang dirilis di Nature Publishing's Scientific Reports Journal mengungkapkan jumlah merkuri yang sangat beracun tertumpuk di palung terdalam Samudra Pasifik.
Upaya multinasional yang melibatkan ilmuwan dari Denmark, Kanada, Jerman, dan Jepang melaporkan pengukuran langsung pengendapan merkuri ke salah satu titik lokasi. Kedalamannya bisa mencapai delapan sampai sepuluh kilometer di bawah laut.
Penulis Utama Studi sekaligus Direktur Laboratorium Karbon Organik Litosfer (LOC) di Departemen Geosains, Universitas Aarhus Profesor Hamed Sanei menyatakan jumlah merkuri yang ditemukan di daerah ini melebihi nilai apa pun yang pernah tercatat di sedimen laut terpencil. Bahkan, jumlahnya lebih tinggi daripada di area yang terkontaminasi langsung oleh pelepasan industri.
“Kabar buruknya adalah tingkat merkuri yang tinggi ini mungkin mewakili peningkatan kolektif dalam emisi antropogenik Hg (merkuri-red) ke lautan kita,” kata Sanei.
Namun, kabar baiknya adalah parit samudra yang berfungsi sebagai tempat pembuangan permanen bisa memperkirakan merkuri yang berakhir di sana akan terkubur selama jutaan tahun. Lempeng tektonik akan membawa sedimen ini jauh ke dalam mantel atas bumi.
“Meskipun merkuri sedang dikeluarkan dari biosfer, masih cukup mengkhawatirkan berapa banyak merkuri yang berakhir di palung laut. Ini mungkin merupakan indikator kesehatan lautan kita secara keseluruhan,” ujar dia.
Dikutip Phys.org, Kamis (27/5), penulis lain yang merupakan ilmuwan dari Kanada, Dr. Peter Outridge mengatakan hasil penelitian ini membantu untuk memenuhi kesenjangan pengetahuan utama dalam siklus merkuri. Yakni, tingkat pembuangan merkuri dari lingkungan global ke sedimen laut dalam.
“Kami telah menunjukkan sedimen di palung laut adalah ‘hotspot’ akumulasi merkuri dengan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang diyakini sebelumnya ada,” ucap dia.
Direktur Hadal Center di University of Southern Denamrk, Profesor Ronnie Glud menambahkan makalah ini menyerukan pengambilan sampel tambahan dari laut dalam. “Pada akhirnya ini akan meningkatkan akurasi model merkuri lingkungan dan pengelolaan pencemaran merkuri global,” tambah dia.