Sebagai perbandingan, vaksin yang berbasis MRNA, seperti dari Pfizer-BioNTech dan Moderna, mengirimkan materi genetik lonjakan ke cairan sel dan tidak pernah memasuki nukleus.
“Saat ini gen virus ada di dalam nukleus, mereka dapat menimbulkan beberapa masalah,” jelas Marschalek.
Reaksi langka telah mengganggu peluncuran vaksin dari AstraZeneca dan Johnson &Johnson, serta telah dicatat pada 309 dari 33 juta orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca di Inggris. Kasus pembekuan darah terkait vaksin di negara itu juga dilaporkan sejauh ini menyebabkan 56 kematian.
Di Eropa, setidaknya 142 orang mengalami pembekuan darah dari 16 juta penerima vaksin. Marchalek mengatakan, ada jalan keluar atas masalah ini, di antaranya dengan memodifikasi urutan protein lonjakan untuk mencegahnya membelah.
"Dengan data yang kami miliki, kami dapat memberi tahu perusahaan cara memutasi urutan ini, mengkode protein lonjakan dengan cara yang mencegah reaksi sambungan yang tidak diinginkan," jelas Marchalek lebih lanjut.
Sementara itu, beberapa ilmuwan mengatakan, lebih banyak bukti diperlukan untuk mendukung klaim terbaru. Ada bukti yang hilang untuk menunjukkan rantai penyebab dari sambungan dari lonjakan protein pada peristiwa trombosis.
"Ini masih hipotesis yang perlu dibuktikan dengan data eksperimen,” kata Johannes Oldenburg, profesor kedokteran transfusi di Universitas Bonn.
Marschalek mengatakan telah mempresentasikan temuan labnya kepada Paul-Ehrlich Institute milik pemerintah Jerman dan kepada badan penasihat negara untuk vaksinasi dan imunisasi. Ia mengatakan selama ini tidak ada yang memikirkan masalah ‘sambungan’ tersebut.
Dalam pernyataan resmi Johnson & Johnson mengatakan, pihaknya mendukung penelitian dan analisis lanjutan dari peristiwa langka ini seraya bekerja dengan para ahli medis serta otoritas kesehatan global.