REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti membuat penelitian menggunakan tes darah yang diklaim dapat mengukur usia maksimal yang dapat dicapai tubuh manusia. Menurut indikator yang disebut indikator status organisme dinamis (DOSI), disimpulkan tubuh manusia memiliki umur maksimal hingga 150 tahun.
Dilansir dari IFL Science, Rabu (26/5), para peneliti menggabungkan sejumlah variabel terkait usia dan lintasan penuaan ke dalam satu metrik yang memungkinkan dihasilkannya usia maksimal.
Penuaan melibatkan penurunan fungsi yang progresif dan membuat tubuh rentan terhadap timbulnya penyakit. Penuaan juga terjadi saat DNA kita bereplikasi berulang kali, menjadi lebih rentan terhadap kesalahan dan penyakit yang diakibatkannya.
Salah satu metrik yang diteliti adalah untuk kesehatan keseluruhan saat ini adalah hitung darah lengkap (CBC). Hal ini menggali berbagai gangguan untuk diuji sambil menganalisis jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit dalam darah pasien. CBC dapat sangat efektif untuk skrining penyakit.
Dengan melacak skor CBC selama lintasan penuaan dengan melihat catatan pasien, para peneliti menemukan bahwa variasi CBC dapat digunakan dalam menciptakan indikator penuaan secara keseluruhan. Indikator ini mewakili ukuran ketahanan fisik, dan pada subjek penelitian, DOSI meningkat pada orang dengan gaya hidup yang meningkatkan morbiditas, seperti merokok.
Ketika para peneliti mengamati individu yang sehat, DOSI memperkirakan kejadian penyakit terkait usia di masa depan meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda awal penyakit yang jelas pada saat itu. Untuk memanfaatkan indikator mereka untuk menghasilkan umur yang maksimal, para peneliti memprediksi subjek studi mereka.
Merencanakan DOSI karena meningkat secara linier seiring bertambahnya usia, para peneliti dapat mengikuti korelasi dan memperkirakan umur maksimum.
Ilmuan menemukan bahwa hilangnya fungsi secara progresif menunjukkan bahwa manusia mencapai potensi usia penuhnya pada usia 120-150 tahun, yang sejalan dengan penelitian sebelumnya. Menariknya, hasil mereka menunjukkan bahwa bahkan dengan terapi melawan penyakit paling canggih yang tersedia bagi kita di masa depan, manusia tidak akan melampaui tanda ini tanpa menyelesaikan masalah penuaan yang mendasarinya. Studi ini diterbitkan di Nature Communications.