Selasa 11 May 2021 13:09 WIB

Lebah Dilatih untuk Deteksi Covid-19

Lebah dikenal sebagai hewan yang memiliki indra penciuman luar biasa tajam.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Lebah dan sarangnya (ilustrasi)
Foto: madebypakistan.com
Lebah dan sarangnya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM — Peneliti di Belanda telah melatih lebah untuk mengindentifikasi sampel yang terinfeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Ini adalah sebuah temuan yang disebut dapat mempersingkat waktu mengetahui hasil tes menjadi hanya beberapa detik.

Selama ini lebah dikenal sebagai hewan yang memiliki indra penciuman luar biasa tajam. Untuk melatih lebah, para ilmuwan di laboratorium penelitian bio-veteriner di Universitas Wageningen memberi mereka air manis sebagai ‘hadiah’ setelah lebah menunjukkan sampel yang terinfeksi COVID-19. Sebaliknya, lebah tidak akan mendapat hadiah setelah diperlihatkan sampel yang tidak terinfeksi.

Baca Juga

Wim van der Poel, seorang profesor virologi yang mengambil bagian dalam studi tersebut mengatakan setelah terbiasa dengan sistem itu. Lebah dapat secara spontan menjulurkan lidah mereka untuk menerima hadiah saat diberikan sampel yang terinfeksi. Lebah yang dikumpulkan adalah lebah madu dari peternak lebah, yang kemudian ditempatkan di tali kekang.

"Segera setelah memberikan sampel positif, kami juga memberi mereka air gula. Dan yang dilakukan lebah adalah mengulurkan belalai untuk mengambil air gula,” ujar Poel.

Menurut para peneliti, memanjangkan lidah lebah yang seperti jerami untuk minum adalah konfirmasi dari hasil tes virus corona yang positif. Selama ini, diperlukan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk mendapatkan hasil tes COVID-19 yang dilakukan.

Namun, lebah bisa merespons lebih cepat. Selain itu, menurut para peneliti, metode tes akan menjadi lebih murah, yang tentunya berpotensi membuatnya berguna untuk negara-negara di mana tes masih langka dilakukan.

Dirk de Graaf, seorang profesor yang mempelajari lebah, serangga, dan imunologi hewan di Universitas Ghent di Belgia mengatakan tidak melihat teknik yang menggantikan bentuk pengujian COVID-19 yang lebih konvensional dalam waktu dekat. Ia menilai ini menjadi metode yang bagus, namun tes dengan alat diagnostik klasik mungkin masih akan lebih baik.

“Saya lebih suka melakukan tes menggunakan alat diagnostik klasik daripada menggunakan lebah madu untuk ini. Saya pecinta lebah, tapi saya akan menggunakan lebah untuk tujuan lain daripada mendeteksi COVID-19," jelas Graaf.

Graaf mengatakan, selama ini teknik ‘mengendus’ dari serangga telah secara efektif diuji oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) untuk mendeteksi bahan peledak dan racun pada 1990-an. Ngengat, lebah, dan tawon digunakan untuk tujuan keamanan guna mendeteksi bahan peledak serta untuk diagnosis medis.

Graaf menilai masih terlalu sedikit yang diketahui tentang pengujian dari peneltian terbaru di Universitas Wageningen untuk menentukan efektivitas sebenarnya. Meski demikian, ia terbuka dengan gagasan pengujian lebah yang memberikan indikasi penyakit ketika tes dengan metode PCR tidak tersedia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement