REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Para ahli menjelaskan temuan terbarunya menyoal sampah mikroplastik di atmosfer. Berdasarkan studi yang baru dirilis, masalah lingkungan di luar angkasa itu bisa menjadi lebih buruk dan berdampak serius pada kesehatan manusia ke depannya.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ukuran mikroplastik itu kurang dari 0,2 inci (5 milimeter). Dalam temuan tersebut, peneliti mengungkapkan ada ribuan ton mikroplastik yang terdeteksi di satu wilayah penelitian.
Menurut para peneliti, temuan mereka menyoal mikroplastik adalah salah satu masalah lingkungan paling mendesak di zaman ini. "Mikroplastik memiliki kapasitas untuk mengganggu hampir setiap ekosistem, belum lagi kesehatan manusia," kata penulis utama Janice Brahney, seorang ilmuwan lingkungan di Universitas Negeri Utah, dikutip dari Live Science, Selasa (20/4).
Menurut Brahney, pihaknya baru benar-benar memahami cakupan pencemaran mikroplastik itu setelah menulis studi, termasuk dampak yang bisa dimunculkannya. Lanjut dia, masalah itu juga berkaitan dengan perubahan iklim. "Karena plastik adalah produk bahan bakar fosil," kata Brahney.
Uji Coba Pengukuran
Demi mengetahui bagaimana mikroplastik menyebar dan melintasi atmosfer, Brahney dan rekan-rekannya mengukur partikel jatuh dari udara, sebagai akibat dari gravitasi dan hujan. Lokasi penelitiannya di seluruh Amerika Serikat bagian barat selama periode 14 bulan. Berdasarkan temuan mereka, diperkirakan bahwa sekitar 1.100 ton mikroplastik berada di atmosfer di atas AS bagian barat.
‘’Tim sangat terkejut dengan tingkat mikroplastik yang mereka temukan. Jalan raya dan, yang lebih penting, mobil yang melaju di jalan raya memiliki energi mekanis untuk memindahkan partikel ke atmosfer," kata Brahney.
Tak sampai di sana, sumber lain termasuk lautan (11 persen) dan debu tanah pertanian (5 persen), keduanya melibatkan angin kencang yang mendorong partikel ke udara. Namun, para peneliti menduga bahwa ketiga sumber ini kemungkinan akan berkontribusi pada tingkat polusi yang berbeda di belahan dunia lain.
“Atmosfer adalah salah satu penyebab mikroplastik tersebar luas. Ini memiliki potensi untuk mengangkut plastik ke lokasi yang berbeda, melintasi benua dan ke lokasi yang sangat terpencil yang tidak akan tersentuh oleh polusi manusia,” kata Brahney.
Para peneliti menemukan bahwa partikel plastik dapat tetap berada di udara antara satu jam hingga 6,5 hari. Batas atas itu adalah waktu yang cukup untuk transportasi lintas benua, yang berarti tempat-tempat seperti Antartika pun berisiko terkena polusi meski tidak memiliki sumber plastik langsung.