REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan masih penasaran dan terus mencari tahu tentang objek langit Oumuamua. Hingga saat ini belum diketahui atau dikonfimasi jenis apakah Oumuamua ini, apakah teknologi alien atau sejenis asteroid.
Kini, temuan terbaru yang dipublikasikan American Geophysical Union Journal of Geophysical Research: Planets mengungkap bahwa Oumuamua mungkin adalah fragmen dari objek mirip Pluto dari Tata Surya lain.
Oumuamua berasal dari bahasa Hawaii untuk yang berarti "pembawa pesan yang menjangkau dari masa lalu yang jauh". Objek ini ditemukan dan kemudian menghilang dari pandangan pada Desember 2017.
Dilansir dari CNN pada Kamis (18/3), Awalnya, para astronom mengira Oumuamua adalah komet. Sebab, komet dapat terlempar keluar dari sistem induknya melalui gangguan gravitasi dan mereka juga sangat terlihat.
Namun, Oumuamua tidak memiliki sifat seperti komet sejati. Oumuamua adalah benda kering, bebatuan kemerahan, berbentuk cerutu memanjang, setebal bangunan tiga lantai dan setengah panjang balok kota, tidak memiliki ekor komet dan gerakannya yang jatuh tidak dapat dijelaskan.
Perdebatan mengenai Oumuamua
Perdebatan telah muncul mengenai apakah itu asteroid antarbintang atau komet. "Dan tentu saja, ada spekulasi Oumuamua adalah sejenis wahana alien. Dalam banyak hal, Oumuamua mirip dengan komet tapi cukup aneh dalam beberapa hal, sehingga misteri mengelilingi sifatnya dan spekulasi merajalela tentang apa itu," kata Astrofisikawan di Arizona State University, Steven Desch.
Para peneliti memperkirakan bahwa pertemuan Oumuamua dengan matahari menyebabkannya kehilangan 95 persen massanya. Lalu, ada teori kalau Oumuamua adalah benda asing atau bagian dari teknologi telah beredar sejak benda itu muncul.
"Hingga saat ini, kami tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah tata surya lain memiliki planet mirip Pluto tapi sekarang kami telah melihat sebagian kecil planet melewati Bumi," kata dia.
Diketahui, teleskop masa depan, seperti Observatorium Vera Rubin di Chili akan secara teratur mensurvei keseluruhan langit yang terlihat dari Belahan Bumi Selatan, meningkatkan kemampuan untuk melihat lebih banyak objek antarbintang yang memasuki tata surya. Observatorium akan beroperasi mulai tahun 2022.
"Diharapkan dalam satu dekade atau lebih, kami dapat memperoleh statistik tentang jenis objek apa yang melewati tata surya dan jika bongkahan es nitrogen langka atau biasa seperti yang telah kami hitung. Bagaimanapun, kami harus bisa belajar banyak tentang tata surya lain dan apakah mereka mengalami jenis sejarah tabrakan yang sama seperti yang kami lakukan," kata dia.