Jumat 05 Mar 2021 19:50 WIB

Menengok Pertanian Masa Depan di Singapura

Singapura menebar benih di atap dan di balkon.

Bandara Changi di Singapura.
Foto: EPA-EFE/WALLACE WOON
Bandara Changi di Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singapura mengimpor hampir semua bahan pangan.Tapi hingga 2030 negara kota itu ingin memenuhi sendiri 30 persen kebutuhan pangannya. Pemerintah mendorong penduduk untuk menanam sendiri buah dan sayuran di atap dan balkon.

Maya Hari sedang menanam buah melon dan kembang kol. Ia juga menanam cabe, terong dan pisang di teras apartemennya. Di sini, di lantai 31, orang bisa melihat bagaimana Singapura di masa depan.

Baca Juga

Maya Hari yang profesi aslinya adalah manajer, sudah beberapa langkah lebih maju dibanding penduduk Singapura lainnya. Pemerintah Singapura bercita-cita untuk membuat negara kota dengan teknologi canggih itu menjadi negara penuh petak perkebunan.

Maya Hari yang punya hobi bercocoktanam melontarkan pendapatnya tentang apa yang diperlukan agar program ambisius itu berhasil. "Semua orang harus berusaha merangkul lebih banyak teknologi dan metode modern pengembangan tanaman", katanya.

Ditambah dengan upaya menggerakkan seluruh negara dan semua orang untuk menanam lebih banyak lagi. "Menanam di balkon saja, tidak akan mendatangkan hasil maksimal. Tapi itu jadi awalnya.” Demikian ungkap Maya Hari.

Beralih ke pertanian

Singapura menjadi negara pertanian? Itu susah untuk dibayangkan. Selama beberapa dekade, negara itu jadi pusat keuangan dan ekonomi, dan memiliki semakin banyak pencakar langit.

Walaupun banyak penghijauan, pertanian tampak seperti sesuatu dari masa lalu. Sekarang Singapura ingin mengurangi ketergantungan pasokan pangannya pada negara asing.

Lahan di Singapura tidak luas. Jadi atap akan diubah menjadi lahan penanaman sayuran dan hasil kebun yang bisa dijual! Strategi baru itu sudah mulai membuahkan hasil.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement