REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru menemukan bahwa vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) yang ditujukan kepada orang lanjut usia akan menyelamatkan lebih banyak nyawa dan memperpanjang umur mereka. Studi terbaru dilakukan tim peneliti dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS).
Para peneliti mengatakan studi menantang pandangan bahwa orang tua tidak menjadi prioritas untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19. Sebelumnya, usia yang lebih tua dinilai memiliki penurunan harapan hidup, sehingga secara luas diasumsikan itu berarti tidak diutamakan.
“Kami melihat ini keliru. Tingkat kematian akibat COVID-19 sedemikian rupa, sehingga memvaksinasi orang lanjut usia menyelamatkan paling banyak nyawa. Dan yang mengejutkan, juga memaksimalkan sisa usia harapan hidup,” ujar penulis utama studi, Joshua Goldtein, seorang profesor demografi, dilansir US News, Selasa (2/3).
Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis harapan hidup di Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Korea Selatan (Korsel) selama pandemi COVID-19. Mereka mendasarkan perhitungan pada potensi jumlah nyawa yang diselematkan melalui vaksinasi, kemudian dikalikan dengan harapan hidup yang divaksinasi.
Sebagai contoh, jika satu juta vaksinasi COVID-19 menyelamatkan 1.000 nyawa dan orang yang divaksinasi diproyeksikan untuk hidup rata-rata 20 tahun lagi, total 20.000 tahun kehidupan akan terselamatkan. Pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu telah merenggut lebih dari 500.000 nyawa di AS dan 2,5 juta di seluruh dunia.
Baca juga : Satu Tahun Covid-19 di RI, IDI: Tingkatkan Trust Masyarakat
Para peneliti menemukan bahwa memvaksinasi orang berusia 90-an akan menyelamatkan nyawa tiga kali lebih banyak daripada memberikan dosis yang sama kepada orang-orang di usia 80-an. Laporan dari studi ini dipublikasikan secara daring pada 25 Februari lalu di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Sejak vaksin COVID-19 tersedia, para ahli kesehatan memperdebatkan kelompok mana yang harus mendapat prioritas untuk suntikan, mengingat terbatasnya persediaan dan distribusi. Mengalokasikan dosis vaksin yang langka telah disebut membutuhkan banyak pengorbanan.
“Namun, konflik antara meminimalkan jumlah kematian dan memaksimalkan sisa hidup bukanlah salah satunya," jelas Goldstein.
Sebelum studi ini, Goldstein mengatakan diduga ada beberapa usia menengah, di mana ini tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda yang akan memaksimalkan manfaat vaksin. Tapi yang mengejutkan, para peneliti menunjukkan bahwa ini bukanlah masalahnya.