Rabu 24 Feb 2021 19:10 WIB

Perubahan Musim Ternyata Pengaruhi Fungsi Otak

Perubahan musim berdampak pada emosi dan kehidupan sosial.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Para peneliti mendapati musim berdampak pada emosi dan kehidupan sosial.
Foto: Pixabay
Para peneliti mendapati musim berdampak pada emosi dan kehidupan sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Sebuah kelompok penelitian Finlandia telah mempelajari bagaimana musim mempengaruhi fungsi otak. Para peneliti di Turku Positron Emission Tomography (PET) Center menunjukkan lamanya siang hari memengaruhi reseptor opioid, yang pada gilirannya mengatur suasana hati yang dialami.

Para peneliti mendapati musim berdampak pada emosi dan kehidupan sosial. Peneliti meyakini emosi negatif lebih tenang di musim panas. Sedangkan tingkat gangguan afektif musiman memuncak selama bulan-bulan musim dingin yang lebih gelap.

Baca Juga

"Opioid mengatur suasana hati dan kemampuan bersosialisasi di otak," tulis penelitian itu dilansir dari news-medical pada Rabu (24/2).

Dalam studi yang dilakukan di Turku PET Center, para peneliti membandingkan bagaimana lamanya siang hari memengaruhi reseptor opioid pada manusia dan tikus. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengamati jumlah reseptor opioid bergantung pada waktu otak dicitrakan.

Perubahan tersebut paling menonjol di wilayah otak yang mengontrol emosi dan kemampuan bersosialisasi.  "Perubahan pada reseptor opioid yang disebabkan oleh variasi jumlah cahaya matahari bisa menjadi faktor penting dalam gangguan afektif musiman," ujar Lihua Sun selaku peneliti di Turku PET Center.

Para peneliti ingin memastikan perubahan fungsi otak disebabkan oleh jumlah siang hari dan bukan faktor lain. Untuk mencapai ini, mereka mengukur reseptor opioid pada tikus ketika dipelihara dalam kondisi standar dimana hanya panjang siang hari yang diubah. Hasilnya mirip dengan yang diamati pada manusia.

"Berdasarkan hasil penelitian, durasi siang hari merupakan faktor yang sangat penting dalam variasi reseptor opioid musiman. Hasil ini membantu kita memahami mekanisme otak di balik gangguan afektif musiman," kata Profesor Lauri Nummenmaa dari Turku PET Center.

Penelitian dilakukan PET dengan 204 relawan berpartisipasi sebagai subjek. Dosis kecil pelacak radioaktif yang mengikat reseptor opioid otak disuntikkan ke dalam sirkulasi darah subjek. Kerusakan pelacak diukur dengan pemindai PET. Studi ini didasarkan pada database AIVO yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Universitas Turku dan Pusat PET Turku.

Basis data berisi pemindaian otak molekuler untuk analisis ekstensif. Selanjutnya, jumlah reseptor opioid dipelajari dengan pencitraan PET tikus. Penelitian pada hewan dilakukan di Laboratorium Hewan Pusat, Universitas Turku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement