REPUBLIKA.CO.ID, COLOGNE -- Badan Antariksa Eropa (ESA) akan merekrut penyandang disabilitas sebagai bagian dari astronaut barunya. ESA akan menerima lamaran pada bulan Maret untuk mengisi empat hingga enam lowongan di korps astro-nya. ESA ingin proses ini seinklusif mungkin.
"Secara eksplisit, individu ini akan melakukan misi luar angkasa yang berarti. Jadi, mereka perlu melakukan sains. Mereka perlu berpartisipasi dalam semua operasi normal Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)," kata Dr David Parker, direktur program robotika dan penerbangan luar angkasa manusia, dilansir di BBC, Rabu (17/2).
Individu yang memiliki pertumbuhan terbatas, keadaan yang selalu menjadi penghalang di masa lalu, didorong untuk mendaftar. Pada tahap ini, individu yang terpilih akan menjadi bagian dari proyek kelayakan untuk memahami persyaratan, seperti keselamatan dan dukungan teknis. Tujuan utamanya adalah membuat mimpi 'para-astronot' menjadi kenyataan di masa depan, meskipun ini membutuhkan waktu.
ESA sedang dalam penggerak keragaman besar. Misalnya dalam hal gender, masih sangat tertinggal. Hanya satu dari astronautnya yang sekarang adalah perempuan (Samantha Cristoforetti).
Demikian pula hanya satu dari direktur seniornya adalah seorang perempuan (Elodie Viau di telekomunikasi). Posisi terdepan dalam misi ruang angkasa robotik, ilmuwan proyek dan manajer proyek, sebagian besar masih laki-laki.