REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Disrupsi digital dalam peradaban kemanusiaan tidak dapat dihindari lagi. Perubahan jaman menuju era digital dipercaya akan mengubah banyak hal dalam kehidupan manusia, mulai dari aktivitas keseharian, teknologi yang memudahkan, hingga penerapan konsep kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam setiap sektor penunjang kehidupan.
"Teknologi digital tidak lagi menjadi sebuah pilihan, namun jadi keharusan sebagai bagian dari adaptasi manusia di masa kini. Bila tidak dilakukan, potensi keterbelakangan dan tergilas oleh jaman pun dapat terjadi kapan saja," kata Praktisi Periklanan JC pro Glen P, Rabu (10/2).
Pandemi Covid-19 yang terjadi pada awal 2020 di Indonesia juga turut mempercepat proses peralihan ini. Dunia bisnis Indonesia ibarat dipaksa bertransformasi lebih cepat dari dugaan sebelumnya. Masyarakat semakin bergantung pada berbagai aplikasi dan gawai digital.
"Bahkan, menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019 sampai kuartal ke-II tahun 2020, tercatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa, meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018," kata dia.
Tentu saja kondisi ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku bisnis Indonesia untuk berlomba menciptakan atau mengimprovisasi berbagai bisnis yang dijalankan dengan mengikutsertakan digitalisasi sebagai faktor di dalamnya. "Transformasi digital akhirnya tidak lagi dipandang sebagai proses, melainkan sebuah cara baru menjalankan bisnis. Walaupun pengkajian masih terus dilakukan berbagai pihak untuk mendapatkan sebuah formula bisnis digital yang ideal, namun sejumlah keunggulannya sudah dapat dirasakan," ujar dia.
Adapun keunggulan model bisnis digital di masa depan, kata dia, antara lain adalah ragam peluang yang masih terbuka lebar, jangkauan pasar yang luas serta potensi besar pasar dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Selain itu, kata dia, bisnis dalam format digital memberikan kenyamanan bagi seluruh pihak, baik produsen, distributor, maupun konsumen. Kemudian, yang tidak kalah menarik adalah potensi mendapatkan penghasilan tanpa batas karena waktu dan jarak untuk memasarkan bisnis tidak lagi jadi masalah.
Banyak sekali contoh jenis bisnis digital yang menarik untuk dilakukan di era disrupsi teknologi ini. Tidak hanya bisnis-bisnis konvensional seperti makanan atau fashion yang dapat bertransformasi secara digital, namun juga berbagai jenis bisnis baru yang cukup menjanjikan, seperti content creator, IT Consultant maupun bisnis Digital Advertising dan masih banyak lainnya.
Ragam profesi menjanjikan yang unik dan berbasis digital pun semakin menjamur. Mulai dari gamers online dengan penghasilan mencapai ratusan juta dari bermain game maupun content creator dengan kreatifitas ide yang menarik bagi pengiklan, seperti para Youtuber.
"Selain itu, ada juga para influencer yang mempengaruhi para pengikutnya untuk membeli produk tertentu di berbagai platform media sosial, seperti Tik Tok maupun Instagram, hingga pekerjaan menonton video iklan untuk mendapat penghasilan, seperti yang ditawarkan platform VTube," kata dia.
Menurut dia, semua jenis profesi baru di atas memang terkesan seolah main-main, namun kenyataannya profesi-profesi tersebut memberi penghasilan yang tidak main-main.
"Sebagai contoh, menjadi Selebgram (selebritis Instragram) saat ini sudah menjadi pekerjaan impian para generasi muda, berprofesi sebagai Youtuber dapat mendatangkan penghasilan hingga miliran rupiah, bahkan hanya dengan menonton iklan di VTube, seseorang bisa mendapat penghasilan tambahan," kata dia.
Akhirnya, keputusan jenis bisnis apa yang akan ditekuni pada era digitalisasi ini akan kembali pada setiap pribadi. Setiap pilihan tentu akan memiliki konsekuensi pada hidup yang dijalani.
"Kini, bukan lagi sekadar soal menguntungkan, tapi juga sejauh apa dapat bermanfaat bagi orang lain dan kehidupan secara umum. Sukses berbisnis di masa depan kini tidak lagi hanya jadi impian, namun bila dijalani dengan bijak dapat memberi kepastian bagi kehidupan," ujar dia.