REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi global dalam Manajemen Fraud dan Compliance, Verifikasi Identitas, dan Intelijen Data berbasis lokasi, GBG (AIM:GBG), mengumumkan peluncuran GBG Intelligence Center. Platform dinamis ini terhubung ke jaringan teknologi eksternal dan terpatenkan, serta mitra-mitra data yang ahli dalam bidang verifikasi identitas, penilaian perangkat bergerak serta IP, asosiasi hubungan, ancaman siber endpoint, risiko kredit dan kecerdasan lokasi.
GBG Intelligence Center merupakan salah satu dari modul utama fraud engine milik GBG, Manajemen Risiko Digital, dan platform Intelijen. Kemampuan Intelligence Center milik GBG dapat membantu organisasi untuk melakukan proses validasi dan verifikasi yang lebih baik, serta menilai profil, perilaku, dan tujuan dari individu atau entitas lainnya di seluruh cabang, web, perangkat bergerak, dan aplikasi. GBG Intelligence Center juga dapat mengubah data mentah menjadi intelijen data untuk meningkatkan akurasi dan deteksi penipuan.
"Tidak hanya memberikan kemampuan pencegahan penipuan berlapis sesuai kebutuhan, GBG Intelligence Center juga meningkatkan efisiensi sangat tinggi karena perusahaan keuangan kini bisa menyatukan sejumlah besar data ke dalam satu platform saja. Dengan terhubung ke Digital Risk Management dan Intelligence Platform GBG dan ekosistem partner lainnya, lembaga keuangan dapat mengubah data menjadi insights dan intelligence untuk membuat keputusan yang lebih baik," ujar APAC Managing Director of GBG, Dev Dhiman, Rabu.
"Dengan meningkatnya penipuan keuangan siber, terlebih dengan adanya kejahatan rekayasa sosial dan pencurian identitas selama masa pandemi, kami telah melihat bagaimana intelijen data di keamanan endpoint, asosiasi identitas, validasi alamat email, dan kemampuan penilaian lewat telepon telah membantu memitigasi usaha penipuan keuangan. Mengembangkan solusi pencegahan penipuan sangatlah penting untuk mengatasi ancaman berbahaya yang semakin banyak bermunculan," kata Dhiman menambahkan.
Dengan adanya pandemi saat ini, permintaan akan Perbankan Digital dan Layanan Keuangan (LK) lainnya berkembang pesat di Indonesia. Menurut data BPS, di Kuartal 4 2020, sembilan dari 10 orang yang disurvei melakukan pembelian daring dan penggunaan layanan perbankan mobile melonjak tahun ke tahun hingga 67,2 persen. Situasi ini mendorong LK untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menjadi lebih gesit agar dapat memanfaatkan momentum tersebut di tahun 2021 dan seterusnya.
Pada umumnya, Lembaga Keuangan menghabiskan 30-35 persen waktu mereka untuk membeli dan mengintegrasikan teknologi baru. Hal tersebut mengurangi kecepatan LK dalam meluncurkan layanan keuangan baru.
Untuk perusahaan yang telah menggunakan fraud engine milik GBG, integrasi Intelligence Center memberikan sembilan tindakan pencegahan penipuan tambahan yang dapat dipicu dengan mudah. Alih-alih melalui proses pengadaan yang panjang untuk membeli solusi baru, Intelligence Center memberikan kemudahan untuk menambahkan solusi baru yang bisa membantu perusahaan menjadi lebih sigap agar mendapatkan kepercayaan lebih dari konsumen mereka, serta untuk memperkuat pertahanan terhadap pelaku kejahatan.
Menu kemampuan di Intelligence Center dirancang untuk memenuhi persyaratan pencegahan penipuan di ranah digital. Setiap kemampuan membawa ukuran pertahanan yang berbeda untuk perusahaan yang ingin berkembang di ruang daring dan seluler dengan tujuan untuk menyediakan intelijen data dan asosiasi data selengkap mungkin.
"Seiring dengan banyaknya lembaga keuangan yang berada dalam tahap transformasi digital, Intelligence Center akan menjadi sangat penting untuk membantu perusahaan mempercepat proses terjun ke pasar sambil tetap mampu mengatasi ancaman penipuan digital," kata Dhiman.