REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain manusia, hewan juga bisa terinfeksi oleh virus penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2. Di antara beragam jenis hewan, beberapa di antaranya memiliki kerentanan yang lebih tinggi untuk terinfeksi virus corona tipe baru itu.
Berdasarkan studi dalam jurnal PLOS Computational Biology, hewan yang lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 adalah musang, kucing, anjing, dan musang luwak (civet). Hal ini diketahui setelah tim peneliti melakukan analisis terhadap 10 spesies hewan.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan beberapa jenis hewan yang memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terinfeksi SARS-CoV-2. Hewan-hewan tersebut adalah bebek, tikus, curut, babi, dan ayam.
Alasannya, SARS-CoV-2 menggunakan duri-duri protein di permukaan "tubuh" mereka untuk mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia atau hewan yang diserang. Reseptor ACE2 ini merupakan pintu masuk utama bagi SARS-CoV-2 untuk menyerang sel-sel pada manusia atau hewan.
Manusia dan juga spesies lain memiliki ragam variasi ACE2 yang luas. Berdasarkan studi ini, ragam variasi reseptor ACE2 pada manusia, musang, kucing, anjing, dan musang luwak ternyata bisa menciptakan ikatan paling kuat dengan duri protein pada permukaan SARS-CoV-2. Sebaliknya, reseptor ACE2 pada tikus, curut, ayam, babi, dan bebek memiliki ikatan yang buruk.
"Mengetahui hewan mana yang rentan terhadap SARS-CoV-2 membantu kita untuk mencegah terbentuknya reservoir (infeksi) hewan di mana virus corona bisa muncul kembali nanti," ujar peneliti senior Luis Serrano, seperti dilansir WebMD.
Temuan ini juga memberikan petunjuk mengapa cerpelai, yang merupakan kerabat dekat musang, bisa terinfeksi oleh virus ini. Kondisi cerpelai peternakan yang hidup berdempetan dan kontak dekat dengan manusia dinilai turut memperburuk kondisi ini.
Tim peneliti menambahkan, kerentanan infeksi oleh kucing pada manusia tidak sama seperti pada hewan lain. Hal ini dinilai dapat memberi penjelasan mengapa tidak ada manusia yang tertular oleh hewan peliharaan mereka.
"Ini mungkin menjelaskan mengapa sejauh ini tidak ditemukan kasus manusia terinfeksi oleh hewan peliharaan mereka," ungkap Serrano.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan bahwa variasi ACE2 yang berbeda pada manusia kemungkinan turut berperan dalam menentukan kecenderungan seseorang untuk mengalami gejala berat Covid-19. Menurut tim penleiti, mutasi protein-S secara drastis menurunkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel sehingga melindungi inang (host) dari Covid-19.
Oleh karena itu, tim peneliti saat ini sedang mengembangkan protein mini dari protein ACE2 manusia. Pengembangan ini bertujuan agar protein mini tersebut dapat mengganggu agar virus tidak masuk ke dalam sel sehinga mencegah terjadinya infeksi.
Cerpelai liar
Sementara itu, Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) menemukan SARS-CoV-2 pada cerpelai di Utah. Ini merupakan kasus terkonfirmasi pertama ditemukannya SARS-CoV-2 pada satwa liar.
Temuan baru tersebut memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya wabah di antara cerpelai liar. Alasannya, SARS-CoV-2 telah menyebabkan kematian pada lebih dari 15 ribu cerpelai di peternakan Amerika Serikat (AS) sejak Agustus kemarin.
Cerpelai yang terinfeksi SARS-CoV-2 ini merupakan cerpelai liar yang hidup bebas di alam, di dekat peternakan cerpelai yang terinfeksi. Sebagai tindak lanjut, USDA melakukan pengetesan terhadap beberapa hewan dari berbagai jenis satwa liar. Seluruh pengetesan ini menunjukkan hasil yang negatif.
USDA telah melaporkan temuan terbaru ini kepada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia. Namun, untuk saat ini, USDA mengatakan belum ada bukti bahwa SARS-CoV-2 telah menyebar luas pada satwa liar di sekitar peternakan yang terinfeksi.
"Sepanjang pengetahuan kami, ini merupakan kasus terkonfirmasi SARS-CoV-2 pertama pada satwa liar asli yang hidup bebas di alam," ungkap USDA, seperti dilansir Times Now News.
Selain pada cerpelai, USDA juga telah menemukan keberadaan SARS-CoV-2 pada hewan lain. Hewan-hewan tersebut adalah macan di kebun binatang serta anjing dan kucing peliharaan di rumah.
Saat ini para petinggi di bidang kesehatan dunia sedang melakukan investigasi terkait potensi risiko yang mungkin dimiliki hewan terhadap manusia. Investigasi ini dilakukan setelah Denmark memulai rencana untuk mengeliminasi 17 juta cerpelai peternakan.
Rencana pemusnahan itu diambil sebagai upaya pencegahan. Denmark menilai strain virus corona yang bermutasi pada cerpelai bisa berpindah kepada manusia.