Selasa 15 Dec 2020 09:56 WIB

Mengenal 6 Galur Virus Penyebab Covid-19

Tingkat mutasi virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, cukup rendah.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona. Meski bermutasi, virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19 tampak memiliki variabilitas yang kecil.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona. Meski bermutasi, virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19 tampak memiliki variabilitas yang kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini sudah ada enam strain (galur) virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) yang berhasil ditemukan. Tingkat mutasi SARS-CoV-2 tampak rendah dan dinilai tidak akan mengganggu proses pengembangan vaksin Covid-19 yang efektif.

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari University of Bologna melalui jurnal Frontiers in Microbiology. Dalam studi ini, tim peneliti menganalisis 48.365 genom virus corona yang diisolasi di berbagai belahan dunia.

Baca Juga

Dari sini, tim peneliti berhasi memetakan penyebaran dan mutasi virus ke berbagai benua. Meski bermutasi, SARS-CoV-2 tampak memiliki variabilitas yang kecil. Sebagai perbandingan, virus influenza memiliki tingkat variabilitas lebih dari dua kali lipat lebih besar. Ini merupakan kabar baik bagi para peneliti yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19.

"Ini artinya, terapi yang kita kembangkan, termasuk vaksin, bisa efektif melawan semua strain virus (SARS-CoV-2)," ujar peneliti Federico Giorgi, seperti dilansir Science Daily.

photo
Ilustrasi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, yang disediakan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. - (CDC via AP)

Sejauh ini, ada enam strain SARS-CoV-2 yang berhasil ditemukan. Strain orisinal merupakan strain L yang ditemukan di Wuhan pada Desember 2019.

Mutasi pertama dari SARS-CoV-2 adalah strain S. Strain ini muncul pada awal 2020. Setelah itu, pada pertengahan Januari 2020 ditemukan strain V dan G.

Hingga saat ini, strain G merupakan strain yang paling banyak menyebar. Strain G ini bermutasi menjadi strain GR dan GH pada penghujung Februari 2020.

"Strain G dan strain yang berkaitan dengannya, yaitu GR dan GH sejauh ini paling tersebar luas, mewakili 74 persen dari seluruh sekuen gen yang kami analisis," ungkap Giorgi.

Berdasarkan pemetaan, strain G dan GR paling sering ditemukan di Eropa dan Italia. Strain GH hampir tidak ditemukan di Italia, namun cukup banyak ditemukan di Prancis dan Jerman.

Di Amerika Utara, strain yang paling banyak tersebar adalah GH, sedangkan di Amerika Selatan strain GR lebih sering ditemukan. Strain G, GH, dan GR baru masuk ke Asia pada Maret, lebih dari satu bulan sejak mereka menyebar di Eropa.

Secara global, strain G, GH, dan GR secara konsisten mengalami peningkatan. Strain S bisa ditemukan di beberapa area terbatas di Amerika Serikat dan Spanyol. Akan tetapi, strain L dan V secara berkala mulai menghilang.

Selain keenam mutasi ini, tim peneliti juga mengidentifikasi mutasi-mutasi lain yang jarang terjadi. Tim peneliti menilai, saat ini mutasi-mutasi tersebut tidak mengkhawatirkan, tapi tetap perlu dipantau.

"Mutasi genom langka hanya kurang dari satu persen dari seluruh sekuen genom," kata Giorgi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement