REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, setuju untuk mengombinasikan vektor vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Rusia, Sputnik V, dengan komponen vaksin miliknya dalam uji klinis menggunakan dua inokulasi terpisah. Informasi itu dikonfirmasi pihak Rusia, Jumat (11/12).
Badan yang mendanai pengembangan Sputnik V, Russian Direct Investment Fund (RDIF), serta lembaga riset Institut Gamaleya Rusia pada akhir November lalu menawarkan kepada AstraZeneca untuk menggunakan satu dari dua komponen vaksin Rusia dalam uji klinisnya.
"AstraZeneca menerima pengajuan dari RDIF dan akan memulai uji klinis vaksinnya dalam kombinasi dengan vektor human adenovirus tipe Ad26 yang digunakan pada Sputnik V di akhir tahun 2020," kata RDIF dalam keterangan yang diterima Antara di Jakarta.
"Penelitian ini akan memberikan kesempatan kepada ilmuwan AstraZeneca untuk mengkaji kemungkinan meningkatkan efikasi (kemanjuran, red) vaksin mereka melalui aplikasi pendekatan dengan kombinasi ini," tulis RDIF.
Institut Gamaleya Rusia menggunakan dua vektor untuk Sputnik V, yakni Ad26 dan Ad5, untuk dua inokulasi (teknik memasukkan virus ke tubuh manusia) terpisah. Hal itu disebut RDIF "memberikan respons imun yang lebih kuat dan lebih berjangka panjang dibanding vaksin dengan satu komponen untuk kedua inokulasi".
"Contoh kerja sama yang unik ini antara para ilmuwan dari negara berbeda untuk bersama memerangi virus corona akan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai kemenangan final atas pandemi ini secara global," kata Kirill Dmitriev, Pimpinan Eksekutif RDIF.
Lebih lanjut, Dmitriev menyebut bahwa pihaknya siap mengembangkan kerja sama tersebut di masa mendatang serta memulai produksi bersama setelah vaksin yang baru itu menunjukkan kemanjuran dalam uji klinis. Antara mengonfirmasi lebih jauh mengenai detail teknis dalam uji klinis dengan penggunaan vektor kombinasi ini, namun pihak RDIF menyebut bahwa keterangan rinci akan diumumkan menyusul pekan depan.