REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- China ingin meningkatkan kemampuannya untuk 'memodifikasi cuaca'. Sejalan dengan rencana itu, China akan memperpanjang program hujan dan salju buatan untuk mencakup setidaknya 5,5 juta kilometer persegi lahan pada 2025, kata kabinet pemerintah China pada Rabu (2/12) malam.
Dewan Negara mengatakan dalam pedoman kebijakan bahwa mereka akan memastikan bahwa kemampuan modifikasi cuaca akan mencapai tingkat "lanjutan" pada 2025. Modifikasi cuaca itu akan fokus pada revitalisasi wilayah pedesaan, memulihkan ekosistem, dan meminimalisasi kerugian akibat bencana alam.
China telah sering memanfaatkan teknologi penyemaian awan (cloud seeding) untuk mengatasi kekeringan atau membersihkan udara menjelang acara-acara besar internasional. China juga telah membangun sistem modifikasi cuaca di dataran tinggi Qinghai-Tibet, yang merupakan tempat cadangan air tawar terbesar di Asia, dengan tujuan untuk memompa sejumlah besar iodida perak ke awan dalam upaya meningkatkan curah hujan.
Kabinet pemerintah China dalam rencananya menyebutkan bahwa negara itu akan melanjutkan operasi cuaca buatannya di daerah-daerah utama. Prioritas berada di dataran tinggi Qinghai-Tibet serta zona perlindungan ekologi utama sungai Kuning dan Yangtze.
China juga akan membangun kemampuan ilmiah dan membangun pangkalan dan laboratorium penelitian untuk meningkatkan kemampuannya menginduksi atau mencegah hujan, menghilangkan kabut, dan meningkatkan kualitas udara.