Selasa 17 Nov 2020 15:28 WIB

Sinar Ultraviolet Bisa Bunuh Mikroba Hingga Virus Corona

BATAN membuat teknologi untuk sterilisasi virus dengan sinar UV-C.

Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar masyarakat masih mengangap nuklir sebagai sesuatu yang membawa "petaka". Padahal nuklir juga memiliki manfaat bagi manusia terutama di bidang kesehatan.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) turut berkontribusi dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan teknologi. Salah satunya dengan menciptakan alat sterilisasi dengan memanfaatkan teknologi sinar ultraviolet C atau UV-C.

Baca Juga

Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir BATAN, Kristedjo Kurnianto, mengatakan inovasi yang dilakukan oleh BATAN adalah mobile UV-C Disinfektan yang dapat bergerak ke segala arah untuk membasmi virus.

"Robot ini bertugas untuk mensterilkan ruangan dari berbagai virus dan bakteri. Robot ini dapat menjangkau berbagai tempat di ruangan secara fleksibel dan aman karena digerakkan dengan remote control," ujar Kristedjo.

Selain robot pembasmi virus tersebut, BATAN juga menciptakan lemari UV-C disinfektan. Lemari ini berfungsi untuk mensterilkan barang-barang yang terkontaminasi virus atau bakteri seperti alat kesehatan, dan alat pelindung diri (APD) kesehatan.

Kedua alat ini menggunakan lampu UV yang memiliki panjang gelombang dari 200 – 280 nanometer yang termasuk dalam kelompok UV-C.

Radiasi matahari

Selama ini, UV-C di alam berasal dari radiasi matahari dan tidak sampai ke permukaan bumi karena terserap oleh atmosfer bumi. UV-C juga sering disebut dengan UV Germicidal karena memiliki sifat yang dapat membunuh dan menghentikan replikasi mikroorganisme termasuk virus dengan mekanisme merusak DNA/RNA makhluk hidup dan virus dengan derajat kehidupan yang sederhana.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa UV-C efektif membasmi mold (kapang/jamur), bakteri, dan virus. Dia juga menjelaskan bahwa sinar itu terbukti efektif menghancurkan virus bawaan dari udara atau airborne seperti influenza dan virus SARS. Kedua virus itu serumpun dengan COVID-19.

"Daya tembus UV-C sangat rendah sehingga efektif untuk sterilisasi udara dan permukaan benda, namun memiliki daya rusak tinggi," terang dia.

Sinar UV-C dapat membahayakan manusia apabila terpapar langsung dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pengoperasian alat itu harus memperhatikan faktor keselamatan bagi operatornya.

Cara kerja kedua alat itu menghasilkan UV-C dengan intensitas yang sangat tinggi yakni 240 Watt untuk Robot UV-C Disinfektan dan 210 Watt untuk lemari UV-C Disinfektan. Sinar UV-C yang terpancar nantinya akan menghancurkan mikroba dan virus secara langsung dengan merusak DNA dan RNA melalui induksi transformasi molekuler.

“Untuk lemari UV-C Disinfektan yang tertutup, selain dari sinar UV, juga ada mekanisme pembasmian mikroba dan virus lain yaitu dengan gas ozon yang terbentuk selama penyinaran UV-C. Gas ozon yang terbentuk sangat reaktif membunuh mikroba dan virus,” ujarnya.

Berdasarkan penelitian, sebanyak 99 persen virus telah rusak atau hancur setelah terpapar ozon selama 30 detik. Ozon menghancurkan virus dengan menyebar melalui mantel protein ke dalam inti asam nukleat yang mengakibatkan kerusakan RNA virus.

Uniknya, lemari disinfektan dilengkapi blower yang secara otomatis mengosongkan gas ozon dari ruang desinfektan disinfektan setelah selesai proses penyinaran. Hal itu dilakukan untuk alasan keselamatan operator, mengingat kadar ozon yang terlalu tinggi juga membahayakan manusia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement