Selasa 03 Nov 2020 14:15 WIB

Penyakit Kulit Jadi Salah Satu Gejala Long Covid-19

Studi menyebut banyak orang mengalami perubahan kulit setelah terinfeksi covid-19.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu aspek virus corona yang menakutkan adalah banyak pasien yang cenderung mengalami masalah kesehatan yang dapat bertahan selama berbulan-bulan setelah diagnosis awal. Beberapa gejala COVID-19 yang lebih umum yang tidak kunjung hilang termasuk kelelahan, batuk, kehilangan indera perasa dan penciuman, dan nyeri otot.

Baru-baru ini, terungkap bahwa semakin banyak penyintas virus corona mengalami berbagai masalah kognitif seperti kabut otak, kesulitan berkonsentrasi, dan kehilangan ingatan. Dilansir di BGR, Selasa (3/11), orang dengan gejala virus corona yang bertahan selama berbulan-bulan ini dikenal sebagai 'long hauler'.

Baca Juga

Kondisi itu kemudian dikenal dengan istilah 'long COVID'. Sekarang, setelah beberapa bulan memasuki pandemi, para peneliti dapat mengidentifikasi dengan lebih baik kapan seseorang lebih mungkin mengalami gejala virus corona selama periode waktu yang berkelanjutan.

Sebuah studi yang lebih luas yang melibatkan hampir 1.000 pasien di 39 negara menemukan bahwa banyak long hauler cenderung mengalami perubahan pada kulit mereka saat pertama kali terinfeksi virus.

Studi tersebut dilakukan oleh European Academy of Dermatology and Venereology (EADV). Pasien dengan manifestasi dermatologis spektrum luas yang berlangsung untuk jangka waktu yang berbeda, termasuk gatal-gatal (urtikaria) atau biduran, berlangsung selama median 5 hari, dan pernio / chilblains atau ruam di jari kaki sekitar 15 hari tetapi kadang-kadang selama 130-150 hari. Ada juga erupsi papulosquamous, yang merupakan papula dan plak bersisik, berlangsung selama 20 hari.

Studi lebih lanjut menemukan satu gejala khususnya yang bernama retiform purpura, mengakibatkan 100 persen pasien long COVID membutuhkan rawat inap. Sementara itu, COVID hanya menyebabkan 16 persen orang membutuhkan rawat inap.

Retiform purpura biasanya muncul semacam lesi kulit ungu atau ruam ungu di pantat atau tangan dan kaki seseorang.

Terdapat laporan pasien virus corona yang datang dengan retiform purpura sebagai gejala beberapa bulan lalu. Jadi, jika Anda melihat lesi kulit berwarna ungu, meskipun Anda asimtomatik atau tidak memiliki gejala covid19, Anda harus segera menjalani tes.

Demam dan kehilangan nafsu makan

Sebuah studi penelitian baru-baru ini menemukan bahwa demam dan kehilangan nafsu makan adalah dua gejala awal virus corona yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan long COVID.

Dalam studi, peneliti memeriksa apakah ada berbagai jenis gejala dalam Long-COVID. Mereka menemukan dua pola utama: mereka yang melaporkan secara eksklusif kelelahan, sakit kepala dan keluhan pernapasan atas (sesak napas, sakit tenggorokan, batuk terus-menerus, dan kehilangan penciuman). Ada juga yang memiliki keluhan multi-sistem termasuk demam dan gejala gastroenterologis yang sedang berlangsung.

Pada individu dengan durasi yang lama, demam yang terus menerus dan melewatkan makan merupakan indikator kuat untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement