Selasa 03 Nov 2020 12:08 WIB

Pasien Sembuh Covid-19 Masih Membawa Virus, Artinya?

Penyintas Covid-19 disarankan tak langsung melakukan kontak erat dengan orang lain.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Penyintas Covid-19 diserukan untuk tetap menghindari kontak erat dengan orang lain setelah dinyatakan sembuh.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Penyintas Covid-19 diserukan untuk tetap menghindari kontak erat dengan orang lain setelah dinyatakan sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pasien yang sembuh dari Covid-19 disarankan untuk lebih berhati-hati dan menghindari kontak erat dengan orang lain. Hal tersebut menjadi rekomendasi para peneliti yang melaporkan bahwa beberapa pasien yang telah pulih ternyata masih dapat membawa virus SARS-CoV-2.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, hampir 17 persen pasien yang dianggap pulih sepenuhnya dari Covid-19, masih dinyatakan positif virus corona tipe baru, dalam pemeriksaan lanjutan. Pasien yang masih terus mengalami gejala pernapasan, terutama sakit tenggorokan dan rhinitis, lebih cenderung mendapatkan hasil positif dalam tes baru.

Baca Juga

Persistensi dari dua gejala ini menunjukkan bahwa peringatan ini tidak boleh diremehkan. Menurut peneliti, perlakuan ini harus diterapkan kepada semua pasien yang dianggap pulih dari Covid-19.

"Dokter dan peneliti telah fokus pada fase akut Covid-19, tetapi pemantauan terus menerus untuk efek jangka panjang setelah keluar dari rumah sakit juga diperlukan," ujar penulis utama studi Francesco Landi dari Catholic University of the Sacred Heart di Italia.

Studi ini melibatkan 131 pasien yang memenuhi kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk selesai karantina, setidaknya dua pekan sebelum kunjungan tindak lanjut. Sementara, kriteria sembuh WHO menetapkan, pasien harus bebas demam tanpa obat penurun demam selama tiga hari. Lalu, pasien menunjukkan perbaikan pada gejala apa pun yang terkait dengan Covid-19 selama lebih dari tujuh hari setelah timbulnya gejala.

Selain itu, pasien dianggap benar-benar sembuh setelah tes negatif untuk virus sebanyak dua kali, dengan pengujian transkripsi balik PCR (RT-PCR). Tes RT-PCR baru diberikan pada saat masuk perawatan pasca-akut.

Informasi demografi, medis, dan klinis dikumpulkan dengan penekanan pada gejala dan tanda yang terkait dengan Covid-19. Gejala tersebut meliputi batuk, kelelahan, diare, sakit kepala, gangguan penciuman, kehilangan nafsu makan, sakit tenggorokan, dan rhinitis.

Temuan menunjukkan bahwa 16,7 persen pasien dinyatakan positif lagi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pasien dengan hasil tes positif dan negatif dalam hal usia atau jenis kelamin.

Penelitian itu juga menemukan, tidak ada pasien yang demam. Semua melaporkan adanya perbaikan dalam kondisi klinis mereka secara keseluruhan.

Lalu, beberapa faktor seperti waktu sejak timbulnya penyakit, jumlah hari dirawat di rumah sakit, dan perawatan yang diterima selama dirawat di rumah sakit, tidak mempengaruhi secara signifikan. Hanya saja, ada dua gejala yang lebih tinggi dan secara signifikan lazim pada pasien dengan tes positif. Dua gejala itu adalah sakit tenggorokan dan gejala rhinitis.

"Temuan kami menunjukkan bahwa tingkat yang patut dicatat dari pasien yang sembuh dengan Covid-19 masih bisa menjadi pembawa virus tanpa gejala," kata Landi.

Sebuah studi pada 1.162 orang di Italia yang telah pulih dari infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) juga menunjukkan bahwa ada kemungkinan penyintas masih dapat membawa virus sekitar satu bulan setelah gejala penyakit muncul. Penelitian yang diterbitkan dalam BMJ Open itu difokuskan pada berapa lama penyebaran virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) berdasarkan data populasi.

Menurut peneliti, jika pembersihan virus hanya dicapai setelah 30 hari dan bahkan lebih lama itu mungkin berarti bahwa orang harus mengisolasi diri mereka sendiri lebih lama daripada yang ditentukan oleh kebijakan umum setelah gejala hilang. Untuk menghindari timbulnya kasus sekunder, periode isolasi disarankan harus lebih lama atau lebih dari 30 hari sejak timbulnya gejala atau setidaknya satu tes lanjutan harus dilakukan sebelum menghentikan isolasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement