Senin 02 Nov 2020 14:17 WIB

Developer Uji Aplikasi Analisis Batuk untuk Diagnosis Covid

Dengan machine learning, aplikasi mencoba mendiagnosis Covid-19 dari analisis batuk.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Batuk. Ilustrasi
Foto: .
Batuk. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembang aplikasi sedang menuji coba diagnosa covid-19 dengan menganalisa batuk. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) membahas penggunaan Machine Learning untuk metode analisis baru.

Dilansir dari Phone Arena, Senin (2/11), dengan menggunakan Machine Learning, aplikasi ini mencoba membedakan antara mereka yang mengidap Covid-19, tetapi tidak menunjukkan gejala serta mereka yang sehat dan tidak terkena virus.

Baca Juga

Tim yang mengerjakan aplikasi tersebut dapat mengumpulkan 70 ribu rekaman dari situs web yang memungkinkan masyarakat meninggalkan sampel batuk melalui ponsel cerdas dan perangkat lain. Secara keseluruhan, ada 200 ribu sampel batuk yang dikumpulkan dengan 2.500 sampel dikonfirmasi memiliki Covid atau tanpa gejala.

Sebanyak 98,5 persen, model dapat secara akurat menentukan apakah seseorang menderita Covid. Sedangkan untuk subjek tanpa gejala mencapai tingkat akurasi 100 persen.

“Teknik AI dapat menghasilkan alat skrining asimtomatik Covid-19 skala besar gratis, non-invasif, real-time, kapan saja dan dapat distribusikan secara instan untuk meningkatkan pendekatan saat ini dalam menahan penyebaran Covid-19. Kasus penggunaan praktis bisa untuk penyaringan harian siswa, pekerja dan publik saat sekolah, pekerjaan dan transportasi dibuka kembali atau untuk pengujian kumpulan, untuk mewaspadai wabah dalam kelompok," kata laporan itu.

Para peneliti dilaporkan sedang mempertimbangkan distribusi aplikasi pra-skrining gratis yang akan didasarkan pada AI. Pada saat yang sama, pengembang bekerja dengan rumah sakit untuk memperluas kumpulan rekaman batuk untuk pengujian di masa mendatang. Model berdasarkan batu bisa berakhir di speaker pintar dan asisten digital, seperti Siri, Asisten Google dan Alexa untuk analisis harian.

Untuk keakuratan yang diperlukan agar teknologi bermanfaat untuk digunakan, pengujian harus dilakukan pada perangkat dengan mikrofon berkualitas tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement