Selasa 27 Oct 2020 20:03 WIB

Pria Dewasa Miliki Antibodi Covid-19 yang Lebih Tinggi

Pria dewasa penyintas Covid-19 tampak miliki antibodi yang lebih tinggi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Penyintas Covid-19 mendonorkan plasma darahnya. Pria dewasa penyintas Covid-19 punya kemungkinan memiliki antibodi pada plasma darahnya yang dapat melindungi dari penyakit tersebut.
Foto: MOCH ASIM/ANTARA
Penyintas Covid-19 mendonorkan plasma darahnya. Pria dewasa penyintas Covid-19 punya kemungkinan memiliki antibodi pada plasma darahnya yang dapat melindungi dari penyakit tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Studi terbaru menemukan jumlah antibodi terhadap virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19 lebih tinggi pada pria dewasa. Para ilmuwan menemukan pria dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 punya kemungkinan memiliki antibodi pada plasma darahnya yang dapat melindungi dari penyakit tersebut.

Dilansir Medical News Today pada Senin (26/10), plasma dari penyintas Covid-19 merupakan komponen darah yang dapat membantu mengobati penyakit pada orang lain. Penelitian yang dimuat dalam Journal of Clinical Investigation adalah langkah pertama untuk memastikan apakah terapi plasma darah efektif dalam mengobati Covid-19.

Baca Juga

Terapi antibodi bekerja dengan menginfuskan plasma darah orang yang telah mengatasi infeksi tersebut kepada orang yang baru terinfeksi. Plasma darah orang yang telah sembuh berpeluang mengandung antibodi sebagai respons terhadap infeksi awal.

Penelitian menunjukkan bahwa ini mungkin efektif dalam mengobati pasien Covid-19. Penelitian observasi sejauh ini menghasilkan peluang yang menjanjikan, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan awal ini.

Agar penelitian ini dapat dilanjutkan, para ilmuwan membutuhkan pengetahuan yang lebih besar tentang susunan plasma darah yang digunakan selama proses tersebut. Dengan begitu, mereka dapat mengembangkan pendekatan standar untuk pengobatan.

Selain itu, faktor seberapa parah terinfeksi, usia, dan jenis kelamin berkontribusi pada pengobatan ini. Para ilmuwan di balik studi ini melakukan penelitian untuk menentukan pengaruh usia, jenis kelamin, dan tingkat infeksi penyakit terhadap ukuran dan kualitas keseluruhan dari respons antibodi seseorang terhadap SARS-CoV-2.

Hal tersebut penting karena respons antibodi yang disebabkan oleh Covid-19 dapat sangat bervariasi.  Para ilmuwan optimis penelitian mereka mungkin terbukti valid karena antibodi biasanya terkait dengan tingkat keparahan penyakit mengingat gejala Covid-19 dapat berkisar dari tidak terdeteksi hingga mengancam nyawa.

Selanjutnya, para peneliti perlu menentukan faktor apa yang menyebabkan plasma darah mengandung antibodi dengan kuantitas dan kualitas yang baik agar mempermudah standarisasi dan optimalisasi pengobatan.

Penelitian tersebut melibatkan 126 orang dewasa yang telah pulih dari infeksi Covid-19. Para peneliti mengambil darah dari para peserta serta informasi mengenai usia, jenis kelamin, dan apakah mereka perlu dirawat di rumah sakit karena penyakit tersebut.

Para ilmuwan menganalisis kemampuan plasma untuk menetralkan sel SARS-CoV-2 dalam kultur sel. Mereka juga menggunakan tes yang tersedia secara komersial untuk menentukan tingkat antibodi.

Walau demikian, penelitian ini membutuhkan kajian dan observasi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuannya. Para peneliti juga perlu memahami apakah antibodi plasma non-darah lainnya, seperti antibodi yang ada di saluran pernapasan seseorang, mungkin penting untuk menetralkan virus Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement