Jumat 16 Oct 2020 15:36 WIB

Mengapa Golongan Darah O Tampak Lebih 'Kebal' Covid-19?

Dua studi tunjukkan golongan darah A dan AB lebih rentan terhadap Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Peneliti mengungkap efek keparahan Covid-19 berdasarkan golongan darah.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Peneliti mengungkap efek keparahan Covid-19 berdasarkan golongan darah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menunjukkan orang-orang dengan golongan darah tertentu dapat memiliki risiko kematian akibat Covid-19 yang lebih tinggi. Mereka dengan golongan darah A dan AB lebih rentan terhadap penyakit akibat infeksi virus SARS-CoV-2 ini.

Sementara itu, orang-orang yang bergolongan darah O lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi virus corona tipe baru tersebut. Bahkan, potensi mereka mengalami risiko komplikasi parah, seperti kegagalan organ dan kematian, juga lebih rendah.

Baca Juga

Penemuan dari dua penelitian independen menjelaskan mengapa virus corona jenis baru lebih mematikan bagi sebagian orang, namun ada yang justru bahkan tidak sadar telah terinfeksi. Satu tim membandingkan data register kesehatan Denmark, di mana lebih dari 473 ribu orang yang diuji untuk Covid-19 dengan kelompok kontrol lebih dari 2,2 juta dari populasi umum.

Ada lebih sedikit hasil positif Covid-19 di antara mereka yang bergolongan darah O, tetapi pada orang-orang dengan golongan darah A, B, dan AB lebih banyak. Penulis utama studi, Torben Barington dari Rumah Sakit Universitas Odense di Denmark, mengatakan bahwa sangat penting untuk mempertimbangkan kelompok kontrol yang tepat.

Hal itu karena prevalensi golongan darah dapat sangat bervariasi di berbagai kelompok etnis dan negara yang berbeda. Menurut Barington, negaranya memiliki keuntungan dari kelompok kontrol yang kuat.

"Denmark adalah negara kecil yang secara etnis homogen dengan sistem kesehatan masyarakat dan pusat pencatatan untuk data lab. Jadi kendali kami berbasis populasi, memberikan temuan kami dasar yang kuat,” ujar Barington, dilansir The Sun, Kamis (15/10).

Selanjutnya, studi kedua terhadap 95 pasien Covid-19 yang sakit kritis di rumah sakit di Vancouver, Kanada menemukan bahwa golongan darah A dan AB berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah daripada orang-orang yang memiliki golongan darah O atau B.

Mereka cenderung lebih membutuhkan alat berupa ventilator mekanis saat perawatan, menunjukkan bahwa ada tingkat cedera paru yang lebih tinggi akibat virus dan dialisis untuk gagal ginjal pada pasien dengan golongan darah A dan AB. Ini menunjukkan bahwa kedua golongan darah ini memiliki peningkatan risiko disfungsi atau kegagalan organ akibat Covid-19.

Terlebih lagi, meskipun secara keseluruhan orang dengan golongan darah A dan AB tidak lebih lama diopname, rata-rata meraka yang harus dirawat di unit perawatan intensif (ICU) ternyata lebih lama. Ini mungkin juga menandakan tingkat keparahan Covid-19 yang lebih besar.

"Bagian unik dari penelitian kami adalah fokus kami pada efek keparahan golongan darah pada Covid-19. Kami mengamati kerusakan paru-paru dan ginjal dan dalam penelitian mendatang, kami ingin mengetahui efek golongan darah dan Covid-19 pada organ vital lainnya,” jelas penulis utama studi Mypinder Sekhon, dari University of British Columbia.

Sekhon mengatakan, sangat penting mengeksplorasi mekanisme yang dapat digunakan untuk mengambil risiko stratifikasi orang-orang yang memiliki efek jangka panjang. Saat pandemi berlanjut, komunitas penelitian biomedis global bekerja segera untuk mengidentifikasi faktor risiko dan target terapi potensial.

Peran potensial golongan darah dalam memprediksi infeksi telah muncul sebagai pertanyaan ilmiah yang penting. Awal tahun ini, sebuah studi terhadap lebih dari 2.000 pasien Covid-19 di China menemukan dari 206 yang meninggal, 85 memiliki golongan darah A atau setara dengan 41 persen dari semua kematian.

Itu juga menunjukkan bahwa mereka lebih rentan terhadap infeksi dan cenderung mengembangkan gejala yang lebih parah. Mereka yang bergolongan darah O memiliki risiko yang jauh "lebih rendah" untuk terkena Covid-19. Tim studi Cjina mendesak petugas medis dan pemerintah untuk mempertimbangkan perbedaan golongan darah saat merawat pasien dengan virus dan membantu mencegah penyebaran penyakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement