Kamis 08 Oct 2020 03:29 WIB

September 2020 Catat Suhu Paling Panas

September 2020 memiliki suhu paling panas yang pernah tercatat.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Seorang pekerja memercikkan air ke wajahnya di tengah cuaca panas di Prayagraj, Uttar Pradesh, India, Kamis (13/6). Cuaca panas ekstrem melanda India dengan rata-rata suhu mencapai 48 derajat Celcius.
Foto: AP Photo/Rajesh Kumar Singh
Seorang pekerja memercikkan air ke wajahnya di tengah cuaca panas di Prayagraj, Uttar Pradesh, India, Kamis (13/6). Cuaca panas ekstrem melanda India dengan rata-rata suhu mencapai 48 derajat Celcius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan mencatat September 2020 memiliki suhu paling panas yang pernah tercatat. Kenaikan dibandingkan September 2019 yaitu sekitar 0,05 derajat celcius, yang sebelumnya merupakan rekor tertinggi.

Hal ini dinilai para ilmuwan sebagai indikasi tentang suhu yang semakin meningkat karena emisi dari manusia. Selain itu, suhu hangat di Arktik Siberia juga terus meningkat di atas rata-rata.

Wakil Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus, Samantha Burgess mengatakan beberapa peristiwa ini cukup luar biasa. Walaupun demikian, semua pihak tidak boleh berekspektasi bahwa suhu akan terus naik dari tahun ke tahun.

"Iklim dan cuaca sangat bervariasi. Tapi kami memperkirakan bahwa peristiwa semacam ini akan terjadi, mengingat pengaruh terhadap iklim." kata Burgess, dilansir di BBC, Rabu (7/10).

BBC mencatat, program pengamatan Bumi Eropa bernama Copernicus juga melaporkan es laut Arktik berada paling tingkat terendah kedua sejak pencatatan dimulai. Tahun ini diproyeksikan menjadi yang terpanas dalam catatan Eropa.

Panas yang meningkat secara global berkontribusi terhadap rekor kebakaran hutan di California dan Australia. Selain itu, perubahan suhu akan mempengaruhi hujan lebat yang terjadi di Prancis.

Sementara itu, Ilmuwan dari Reading University, Ed Hawkins mengatakan semakin banyak gas rumah kaca akan menyebabkan semakin banyak pemanasan. "Satu derajat pemanasan berbahaya bagi sebagian orang, dua derajat lebih berbahaya, tiga derajat bahkan lebih berbahaya. Kami benar-benar tidak ingin tahu bagaimana nanti," kata Hawkins.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement