REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tata surya benar-benar penuh dengan emas. Namun, para ilmuwan tidak dapat menemukan dari mana asal emas yang ada di Tata Surya.
Unsur berharga berwarna kuning ini diperkirakan pertama kali tersimpan di Bumi dibawa oleh badai debu antarbintang dan asteroid miliaran tahun yang lalu. Mayoritas emas telah ditemukan jauh di dalam kerak bumi.
Emas adalah logam paling awal yang pernah tercatat yang pernah ditambang dan digunakan oleh manusia. Menurut catatan, emas digunakan dalam perhiasan Mesir kuno sekitar tahun 3.000 SM.
Meskipun relatif langka dan sulit untuk digali di Bumi, emas tampaknya berlimpah di alam semesta secara umum. Pertanyaan dari mana tepatnya logam emas adalah sesuatu yang membuat para peneliti kebingungan.
Bahkan sebuah makalah baru yang diterbitkan 15 September di The Astrophysical Journal, yang menyertakan hipotesis umum bahwa emas berasal dari tabrakan antara bintang neutron, tidak dapat mendukung fakta keberadaan utama emas.
"Supernova biasa tidak dapat menjelaskan emas alam semesta karena bintang-bintang yang cukup masif untuk memadukan emas sebelum mereka mati, yang jarang, menjadi lubang hitam saat meledak. Dan, dalam supernova biasa, emas itu tersedot ke dalam lubang hitam." kata Chiaki Kobayashi, astrofisikawan di Universitas Hertfordshire Inggris, penulis utama studi ini, dilansir di ScyFy Wire, Senin (5/10).
Kobayashi dan timnya memasang banyak model untuk penelitian mereka. Ilmuwan menyimpulkan bahwa menambahkan semua jenis peristiwa ledakan bintang ini tidak cukup menjelaskan simpanan emas Bumi yang berkilauan.
Ia menjelaskan, ada dua tahap untuk pertanyaan ini. Pertama, penggabungan bintang neutron tidak cukup. Kedua, bahkan dengan sumber kedua, para peneliti masih belum bisa menjelaskan jumlah emas yang diamati.
"Makalah ini bukan yang pertama menunjukkan bahwa tabrakan bintang neutron tidak cukup untuk menjelaskan kelimpahan emas," kata Ian Roederer, ahli astrofisika di University of Michigan yang melacak jejak elemen langka di bintang terpencil.
Namun, menurut Roederer, studi baru ini telah mencakup lebih banyak daripada yang lain pada subjek yang sama dan menyuntikkan pemodelan lanjutan untuk membangun analisis kompleks tentang bagaimana bahan kimia baru terbentuk dan memasuki galaksi.