Jumat 25 Sep 2020 13:01 WIB

Temuan Baru Dukung Teori Pembentukan Bulan

Bulan memiliki isolop klorin lebih berat dibandingkan yang ada di Bumi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Bulan (ilustrasi)
Foto: Express.co.uk
Bulan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menemukan bukti baru di bebatuan bulan yang menunjukkan bahwa bulan kemungkinan besar terbentuk setelah tabrakan besar. Menurut teori, planet seukuran Mars bernama Theia menabrak proto-Bumi lebih dari 4 miliar tahun yang lalu.

Tim yang dipimpin Badan Antariksa AS (NASA) memeriksa batuan bulan yang dibawa kembali ke Bumi oleh astronot Apollo lebih dari 50 tahun yang lalu. Tim menemukan bukti lebih lanjut dari 'teori tumbukan raksasa' dengan berfokus pada kelimpahan dan jenis klorin di batuan Bulan.

Baca Juga

Para peneliti menemukan bulan memiliki konsentrasi klorin "berat" yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bumi, yang memiliki lebih banyak klorin "ringan".  Istilah "berat" dan "ringan" mengacu pada versi atom klor, yang dikenal sebagai isotop, yang mengandung jumlah neutron yang berbeda dalam intinya.  Berat mengacu pada jumlah neutron yang lebih banyak.

Tidak lama setelah tabrakan raksasa terjadi, Bumi bisa tetap ada. Sementara potongan-potongan kedua planet yang diledakkan ke ruang angkasa bergabung membentuk bulan. Kedua benda gumpalan ini memiliki campuran isotop klorin ringan dan berat pada awalnya, tetapi campuran itu mulai berubah saat gravitasi bumi menarik bulan yang baru terbentuk.

Saat benda-benda kosmik terus mengambil bentuk baru setelah tabrakan, Bumi menarik klorin yang lebih ringan ke dirinya sendiri, meninggalkan klorin berat yang lebih sulit dipindahkan di bulan.  Ini membuat bulan kehabisan klorin yang lebih ringan.

 "Ada perbedaan besar antara susunan unsur modern Bumi dan bulan dan kami ingin tahu alasannya. Sekarang, kami tahu bahwa bulan sangat berbeda dari awalnya dan itu mungkin karena teori tumbukan raksasa," kata penulis studi Justin Simon sekaligus seorang ilmuwan planet NASA, dalam sebuah pernyataan dilansir dari space, Jumat (25/9).

Para ilmuwan juga memeriksa pemahaman mereka dengan melihat unsur-unsur lain yang merupakan halogen (golongan yang sama dengan klorin).  Halogen "ringan" lainnya juga kurang melimpah di bulan. Tim belum dapat melihat pola apa pun yang menunjukkan peristiwa selanjutnya yang menyebabkan hilangnya halogen yang ringan ini.

Studi baru ini diterbitkan September di Prosiding National Academy of Sciences.  Studi dipimpin oleh Anthony Gargano, seorang rekan pascasarjana di divisi sains eksplorasi dan penelitian astromaterial NASA di Johnson Space Center di Houston.

Penelitian tersebut menambah bukti kimia yang semakin banyak untuk mendukung hipotesis tabrakan raksasa yang pertama kali disarankan beberapa dekade lalu.  Sebagai contoh, sebuah penelitian yang dirilis pada Maret tahun ini menggunakan pengukuran isotop oksigen dengan presisi tinggi untuk menunjukkan bahwa batuan Bumi dan bulan mungkin lebih berbeda satu sama lain daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement