Kamis 10 Sep 2020 10:43 WIB

Mengenal Bradykinin, Penyebab Gejala Aneh pada Covid-19

Peneliti menemukan ekspredi bradykinin yang berlebihan pada pasien covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ilmuwan menyebut peptida bradykinin, sebagai 'biang kerok' atau penyebab munculnya gelaja bervariasi pada pasien covid-19. Dilansir Newscientist, dalam beberapa kasus, bradykinin yang tak terkendali bisa menyebabkan kematian.

Apa itu bradykinin? Bradykinin adalah peptida yang membantu mengatur tekanan darah. Pada beberapa orang, virus corona jenis baru mendorong produksi bradykinin menjadi berlebihan.

Baca Juga

Produksi yang berlebihan ini menciptakan kondisi yang disebut badai bradykinin dalam tubuh. Renuka Roche dari Eastern Michigan University mengatakan badai itu dapat menjelaskan banyak aspek COVID-19 yang tampaknya terputus-putus, seperti nyeri otot. Pada perempuan, terkadang penyakit terjadi lebih ringan dibanding pria, dan orang keturunan Afrika-Amerika disebut lebih mungkin mengembangkan komplikasi.

Kesimpulan ini diambil setelah penelitian pada Juli lalu. Tim di Laboratorium Nasional Oak Ridge di Tennessee mengambil data ekspresi gen dalam sampel cairan paru-paru dari sembilan pasien COVID-19 di Cina. Tim membandingkannya dengan sampel dari kelompok kontrol yang tidak mengidap penyakit.

Mereka menemukan ekspresi gen yang berlebihan yang bertanggung jawab untuk produksi bradykinin, bersama dengan gen yang kurang ekspresi yang menghasilkan enzim untuk menjaga kadar bradykinin tetap terkendali.

Karena bradykinin melebarkan pembuluh darah, kadar yang tinggi dapat menyebabkan kebocoran cairan di lingkungan yang kaya pembuluh darah seperti paru-paru. Bradykinin juga dapat menghancurkan penghalang darah ke otak. Kondisi ini menunjukkan kemungkinan jalur untuk beberapa gejala neurologis yang membingungkan dari virus corona jenis baru.

Hipotesis ini, menurut Josef Penninger dari University of British Columbia di Kanada masuk akal. Jika dirunut, virus menyerang sel manusia melalui reseptor ACE2, yang juga membantu menjaga kadar bradykinin tetap terkendali. Keberadaan virus mengurangi ketersediaan reseptor ini sehingga menyebabkan kadar bradykinin bisa tidak terkendali.

Tim peneliti  juga  menemukan ekspresi berlebih gen di paru-paru pasien virus corona yang menyandikan zat yang disebut asam hialuronat. Ketika asam hialuronat bercampur dengan cairan, seperti cairan yang mungkin dibuang oleh pembuluh darah ke paru-paru, akan berubah menjadi seperti agar-agar. Ini bisa menjelaskan gejala parah virus corona jenis baru yang paling umum, yaitu kesulitan bernapas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement