REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti berhasil mendeteksi sinyal tabrakan antara dua lubang hitam yang terjadi tujuh miliar tahun lalu. Tabrakan itu menghasilkan sebuah lubang hitam yang berukuran sangat masif.
“Ini adalah ledakan terbesar sejak Big Bang (Ledakan Besar) diamati oleh umat manusia,” kata fisikawan Caltech Alan Weinstein, salah satu anggota tim penemuan. Peneliti dari University of British Columbia juga termasuk dalam tim tersebut.
Melansir Global News, Senin (7/9), dijelaskan bahwa lubang hitam adalah wilayah yang sangat padat sehingga cahaya pun tidak bisa lolos. Astronom membagi lubang hitam ke dalam dua jenis.
Pertama yang 'kecil' atau seukuran kota kecil. Jenis pertama ini terbentuk ketika sebuah bintang runtuh. Kedua, lubang hitam supermasif atau berukuran jutaan atau bahkan milyaran kali lebih besar dari Matahari. Seluruh galaksi juga mengitari lubang hitam jenis kedua ini.
Menurut perhitungan astronom, tidak ada lubang hitam yang ukurannya di antara dua jenis tersebut. Diyakini pula bahwa keruntuhan bintang tak dapat menciptakan lubang hitam yang ukurannya 70 kali lebih besar dari Matahari.
Namun, penemuan pada Mei 2019 membantah asumsi tersebut. Dua detektor berhasil mengambil sinyal dari energi dua lubang hitam yang saling bertabrakan. Masing-masing lubang hitam itu berukuran 66 kali massa Matahari dan 85 kali massa Matahari.
Tabrakan keduanya menghasilkan lubang hitam berukuran 142 kali massa Matahari. Demikian hasil temuan para peneliti yang dipublikasikan di Physical Review Letters and Astrophysical Journal Letters pada Rabu (2/9).
Para peneliti juga mengambil sinyal audio dari gelombang gravitasi akibat tabrakan dua lubang hitam itu. Durasinya hanya sepersepuluh detik. "Kedengarannya seperti gedebuk. Ini benar-benar tidak terdengar banyak di speaker," kata Weinstein.
Tabrakan tersebut berlangsung sekitar 7 miliar tahun lalu atau ketika alam semesta baru berusia setengah dari usianya sekarang. Tabrakan keduanya baru terdeteksi kini lantaran jaraknya yang sangat jauh.
Tabrakan dua lubang hitam bukanlah sekali ini diamati peneliti. Namun, tabrakan yang diteliti sebelumnya adalah antara dua lubang hitam yang kecil. Bahkan ukurannya setelah penggabungan tak melebihi ukuran lubang hitam pada umumnya.
Direktur penelitian Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis, Fisikawan Nelson Christensen, mengatakan, ia dan peneliti lainnya belum mengetahui bagaimana lubang hitam besar di pusat galaksi itu terbentuk. Tapi, penemuan baru ini menawarkan berbagai petunjuk baru.
Ia mengatakan, bisa jadi masing-masing lubang hitam yang bertabrakan itu sebelumnya juga berasal dari tabrakan lubang hitam. "Dalam astrofisika, kami selalu dihadapkan pada kejutan," kata Weinstein.