Jumat 28 Aug 2020 21:28 WIB

Data Menjadi Komoditas Terpenting di Dunia Digital

Data menjadi aset strategis yang harus dilindungi dengan teknologi keamanan siber.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Keamanan siber
Keamanan siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia digital erat kaitannya dengan data. CEO Huawei Indonesia, Jacky Chen mengatakan dalam dunia digital, data telah menjadi komoditas terpenting bagi masyarakat dan perekonomian.

Dengan semakin majunya teknologi informasi, nilai sumber daya data tidak hanya bernilai untuk kemanusiaan, tetapi juga aset utama untuk setiap negara.

“Data telah menjadi strategi dasar semua sumber daya di negara. Jadi fokus persaingan negara di dunia bergeser dari karakter, nama, populasi, sumber daya alam ke data,” ujar Chen dalam acara Data & Cloud Governance to Drive National Digitalization, Kamis (27/8).

Ketua Asosiasi Big Data dan AI Indonesia (ABDI) Rudi Rusdiah mengungkapkan pertumbuhan data sangat masif jika dilihat dari landscape evolusi internet. Landscape evolusi internet ini dimulai dari internet access, internet of people, internet of things (IoT). Yang menjadi penyebabnya  adalah datafication.

Sayangnya para peretas dan penyerang siber juga memanfaatkan era big data ini. Darkweb dan Deepweb pun bertumbuh pesat. Darkweb merupakan situs gelap berisi informasi ilegal, seperti barang dan data ilegal

“Itulah sebabnya kita masuk ke era/data  governance, sebelum kita memasuki era berikutnya, era AI dan sebagainya,” ujarnya.

Menurut ABDI, Rudi menuturkan, data governance dibagi menjadi tiga kategori. Yakni, data veracity yang terkait dengan nilai dan kualitas, enterprise data security dan data privacy.

Sisi lain, big data sebenarnya sudah tumbuh sebelum pandemi Covid-19. Beberapa di lingkungan seseorang , seperti toko, mall, media sosial sudah menjadi data controller. Mereka melakukan profiling jutaan data penggunaan klien. Oleh karena itu, data menjadi aset strategis yang harus dilindungi dengan teknologi keamanan siber untuk menjaga kepercayaan dan reputasi

“Kalau kita melihat paradigma bisnis klasik pra Covid-19, tempat dan lokasi bekerja itu harus di kantor bersama data, sehingga data dilindungi firewall,” kata Rudi.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 mengubah total kehidupan manusia. Muncul kebiasaan baru, misalnya bekerja dari rumah, dan  mengakses juga mengirim data dari gadget pribadi, serta menggunakan Wi-Fi rumah. Ini menjadi sangat rentan terhadap serangan siber karena data tidak lagi dilindungi oleh firewall kantor.

“Covid-19 meningkatkan kelemahan sistem dan serangan siber, apalagi ketika aset data di kantor sudah pindah ke jaringan di rumah, semakin vulnerable. Hacker juga beradaptasi dan cepat mengeksploitasi kerentanan sistem,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement