REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huawei akan berhenti memproduksi chipset Kirin andalannya bulan depan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya dampak tekanan Amerika Serikat terhadap raksasa teknologi asal China tersebut.
Dikutip dari Reuters, Ahad (9/8) CEO Consumer Business Unit Huawei, Richard Yu mengungkap tekanan AS terhadap Huawei telah membuat divisi chip HiSilicon kesulitan untuk terus membuat chipset, komponen utama untuk ponsel Huawei.
Dengan hubungan AS-China yang berada dalam posisi terburuk dalam beberapa dekade ini, AS mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menekan Huawei. AS menuding perusahaan tersebut menyerahkan data kepada pemerintah China. Huawei membantah menjadi mata-mata China.
Pada Mei, Departemen Perdagangan AS juga mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk menahan diri berbisnis dengan Huawei tanpa terlebih dahulu mendapatkan lisensi.
"Mulai 15 September dan seterusnya, prosesor Kirin andalan kami tidak dapat diproduksi," kata Yu.
"Chip bertenaga AI kami juga tidak dapat diproses. Ini adalah kerugian besar bagi kami," dia melanjutkan.
Divisi HiSilicon Huawei mengandalkan perangkat lunak dari perusahaan AS seperti Cadence Design System atau Synopys untuk merancang chipnya. Huawei juga menyerahkan produksinya ke Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC), yang menggunakan peralatan dari perusahaan AS.
HiSilicon memproduksi berbagai macam chip termasuk jajaran prosesor Kirin, yang hanya mendukung smartphone Huawei. Kirin juga merupakan satu-satunya prosesor dari China yang dapat menyaingi kualitas Qualcomm.
"Huawei mulai menjelajahi sektor chip lebih dari 10 tahun yang lalu, mulai dari sangat tertinggal, sedikit tertinggal, mengejar, dan kemudian menjadi pemimpin," kata Yu.
"Kami menginvestasikan sumber daya yang sangat besar untuk R&D, dan melalui proses yang sulit," ucap dia.