Jumat 07 Aug 2020 13:44 WIB

Kuburan Prasejarah Ungkap Kesenjangan di Zaman Neolitikum

Kesenjangan sudah terjadi sejak zaman Neolitikum.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Temuan makam prasejarah di Polandia mengungkap kesenjangan sosial di zaman Neolitikum.
Foto: budd et all, antiquiti
Temuan makam prasejarah di Polandia mengungkap kesenjangan sosial di zaman Neolitikum.

REPUBLIKA.CO.ID, POLANDIA -- Ada kesenjangan kekayaan antara si kaya dan si miskin di Eropa pada masa prasejarah awal. Ketidaksetaraan dalam hidup ini terjadi bahkan setelah kematian mereka. Hal itu terungkap dari temuan kuburan prasejarah di kota Oslonki, Polandia.

Peneliti arkeologi terbaru di Polandia mengungkapkan manusia terkaya dari zaman Neolitikum juga dikubur dengan artefak paling eksotis. Temuan ini sebenarnya bukan apa yang menjadi tujuan para arkeolog.

Baca Juga

Studi tentang situs kuburan berusia 6.600 tahun ini seharusnya bertujuan mengungkap apa yang dulu ditanam dan dimakan oleh para petani Neolitikum bertahun-tahun yang lalu. Kebetulan makanan orang-orang terkaya juga berhubungan dengan artefak kuburan paling berharga.

Dilansir dari Science Alert, Jumat (7/8), selama masa ini, tampaknya artefak yang dikuburkan dengan manusia bukanlah sumbangan kematian oleh anggota keluarga. Namun, itu menjadi terjemahan langsung dari kekayaan materi dari kehidupan ke kematian.

“Kami telah menemukan beberapa bukti paling awal untuk hubungan langsung antara status sosial dan diet yang panjang di Eropa (masa) prasejarah,” kata arkeolog dan antropolog Chelsea Budd dari Umea University di Swedia.

“Kami menyaksikan munculnya ketidaksetaraan sosial dan ekonomi di komunitas prasejarah awal (yang memiliki kekayaan dan yang tidak memiliki kekayaan) pada waktu yang jauh lebih awal dari yang kita duga,” ujarnya lagi.

Tim internasional memeriksa tulang 30 orang yang semuanya terkubur dalam 200 tahun yang sama. Mereka menemukan kerangka yang mengandung lebih banyak isotop karbon-13 sering terkubur dengan barang kuburan yang lebih mewah. Barang-barang tersebut terbuat dari tembaga.

Isotop ini terakumulasi dalam sumber makanan pada tingkat yang berbeda dan kemudian dimasukkan ke dalam jaringan manusia. Ini memberi gambaran tentang makanan seseorang selama hidup mereka.

Namun, karbon-13 dapat menceritakan bahwa makanan Neolitikum itu terbatas.

Misalnya, mungkin bisa menunjukkan lebih banyak asupan produk susu, tetapi hanya ada sedikit bukti soal ini di wilayah tersebut.

Temuan ini juga bisa mengungkapkan beberapa orang memiliki akses tanaman dan hewan berbeda isotop dari yang lain. Keseimbangan isotop ini juga terlihat pada tulang sapi yang ditemukan di daerah tersebut.

Hal ini menyiratkan beberapa orang dan hewan memiliki akses istimewa ke ladang yang luas dan padang rumput yang lebih subur, yang diterangi dengan baik oleh matahari, sementara yang lain tidak.

Penulis mengusulkan  anggota pendiri komunitas atau 'sesepuh' memiliki akses istimewa ke ladang. Meskipun spekulatif, ini adalah skenario masuk akal mengingat banyaknya bukti tentang pentingnya dianggap sebagai ‘pemukim pertama’ di suatu wilayah dan/atau pada pendiri komunitas.

Terlebih lagi, dapat dikatakan tanah ini diwariskan. Hal itu menunjukkan beberapa kekayaan generasi paling awal. Temuan itu menunjukkan ada semacam perbedaan makanan antara mereka yang dimakamkan dengan bahan tembaga dan mereka yang tidak.

Artefak tembaga yang ditemukan, termasuk 50 keping, 200 manik-manik, lima liontin dan sebuah diadem. Benda-benda ini kemungkinan dibawa dari sumber yang berjarak ratusan kilometer jauhnya. Garis bukti lain menunjukkan mereka termasuk yang terkaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement