Selasa 04 Aug 2020 13:08 WIB

Dinosaurus Ternyata Bisa Alami Kanker Tulang Seperti Manusia

Ilmuwan menemukan ada dinosaurus yang menderita kanker tulang.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi dinosaurus.
Foto: SWNS
Ilustrasi dinosaurus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan untuk pertama kalinya menemukan ada dinosaurus yang menderita osteosarkoma. Osteosarkoma adalah kanker tulang yang ganas agresif dan bisa terjadi kepada manusia saat ini.

Hal ini diketahui setelah penelitian dilakukan terhadap tulang kaki bagian bawah atau fibula dari dinosaurus bertanduk yang dikenal sebagai Centrosaurus apertus yang hidup pada 76 hingga 77 juta tahun lalu.

Baca Juga

Kaki bagian bawah Centrosaurus apertus pertama kali digali oleh tim arkeolog di Dinosaur Provincial Park di Alberta, Kanada pada 1989. Saat itu, ujung tulang fosil yang cacat awalnya dianggap sebagai kondisi penyembuhan setelah patah.

Namun, analisis yang lebih terperinci dengan menggunakan teknik medis modern mendekati fosil dengan cara yang sama seperti diagnosis pada pasien manusia, mengungkapkan bahwa itu adalah osteosarkoma. Osteosarkoma adalah kondisi di mana pertumbuhan berlebih dari tulang yang tidak teratur menyebar dengan cepat, baik melalui tulang maupun ke organ lain, termasuk yang paling umum, yakni paru-paru.

"Diagnosis kanker agresif seperti ini pada dinosaurus telah sulit dipahami dan membutuhkan keahlian medis dan berbagai tingkat analisis untuk mengidentifikasi dengan benar," ujar Mark Crowther, seorang profesor patologi dan kedokteran molekuler di McMaster University dalam sebuah pernyataan pers, dilansir CNN Selasa (4/7).

Crowther mengatakan tim peneliti melihat tanda kanker tulang lanjut pada  dinosaurus bertanduk 76 juta tahun lalu atau merupakan yang pertama dari jenisnya. Tim menganalisis tulang fosil adalah profesional dari berbagai bidang termasuk patologi, radiologi, bedah ortopedi dan paleopatologi, atau studi penyakit dan infeksi dalam catatan fosil.

Tulang dinosaurus kemudian diperiksa dan CT scan dilakukan, sebelum sepotong tipis tulang dipelajari di bawah mikroskop. Alat rekonstruksi tiga dimensi yang kuat digunakan untuk memvisualisasikan perkembangan kanker melalui tulang. Para peneliti akhirnya mencapai diagnosis osteosarkoma.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis, tim peneliti membandingkan fosil dengan fibula normal dari dinosaurus dari spesies yang sama, serta fibula milik seorang pria berusia 19 tahun dengan kasus osteosarkoma yang dikonfirmasi. Kasus kanker ini pernah menimpa atlet asal Kanada bernama Terry Fox.

Fox telah berusaha mengumpulkan dana untuk penebitian kanker. Tetapi, ia yang memiliki kaki kanan prostetik, harus berhenti setelah 143 hari ketika kankernya menyebar dan meninggal kurang dari setahun kemudian.

"Sangat menarik dan menginspirasi untuk melihat upaya multidisiplin serupa yang kami gunakan dalam mendiagnosis dan mengobati osteosarkoma pada pasien kami yang mengarah pada diagnosis osteosarkoma pertama pada dinosaurus," kata Seper Ekhtiari, seorang residen bedah ortopedi di McMaster University.

Spesimen fosil berasal dari dinosaurus dewasa dengan kanker stadium lanjut yang mungkin menyerang sistem tubuh lainnya. Namun, tidak jelas apakah dinosaurus meninggal akibat osteosarkoma atau penyebab lainnya. Hal ini karena hewan itu ditemukan bereda di lokasi yang menunjukkan kemungkinan ada hantaman banjir.

Rekan penulis studi bernama David Evans mengatakan tulang kering menunjukkan kanker agresif pada stadium lanjut. Osteosarkoma kemungkinan memiliki efek melumpuhkan, membuat dinosaurus yang terkena sangat rentan terhadap predator tyrannosaurus yang tangguh pada masa itu.

Studi disebut bertujuan menetapkan standar baru untuk diagnosis penyakit pada fosil dinosaurus dan membuka pintu bagi diagnosis yang lebih tepat. Mempelajari penyakit pada fosil adalah tugas yang rumit mengingat tidak ada referensi hidup. Namun, penyakit di masa lalu akan membantu para ilmuwan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang evolusi dan genetika penyakit yang ada saat ini.

"Bukti menunjukkan bahwa keganasan, termasuk kanker tulang, berakar cukup dalam dalam sejarah evolusi organisme. Penemuan ini mengingatkan kita akan hubungan biologis umum di seluruh dunia hewan dan memperkuat teori bahwa osteosarkoma cenderung mempengaruhi tulang kapan dan di mana mereka tumbuh paling cepat," ujar Ekhtiari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement